Jakarta, Aktual.com – Meski berada di atas angin dalam beberapa survei pemilihan Presiden 2019, posisi Joko Widodo masih belum dikatakan aman. Sebab, terdapat beberapa permasalahan yang belum tuntas, sehingga masih berpotensi disalip oleh pesaingnya.
Menurut Direktur Indo Barometer Mohamad Qodari, ketidakpuasan ini erat kaitannya dengan isu ekonomi yang masih bermasalah.
“Dalam survei kami, sebanyak 12,4 persen menganggap massa Jokowi, pengangguran masih banyak dan 9,9 persen menilai pembangunan belum merata,” kata Qodari dalam acara ‘Siapa Penantang Potensial Jokowi di 2019’ di Jakarta Pusat, Minggu (3/12).
Qodari melanjutkan, faktor lainnya seperti terlalu banyak pencitraan (10,2%), kurang berwibawa (9,2) dan penegakan hukum yang belum adil (9,3) menjadi pertimbangan responden belum puas.
“Apalagi ada indikator seperti biaya listrik mahal (8,8 persen), biaya kesehatan mahal (5,5 persen) dan terlalu pro kepada China (6 persen) juga menjadi perhatian responden,” ungkapnya.
Faktor lain adalah makin banyaknya korupsi baik di tingkat pusat maupun daerah.
“Selain itu, faktor mahalnya biaya pendidikan dan bantuan tak tepat sasaran menjadi keluhan masyarakat,” tutur dia.
Dalam survei ini, tingkat ketidakpuasan responden terhadap Jokowi hanya mencapai 28,5%, sedangkan 67,2% responden menyatakan puas/sangat puas terhadap kinerja Jokowi-JK.
Hal lain yang menurut responden puas adalah meningkatnya pembangunan (49,9%), dekat dengan rakyat kecil (17,5), menepati janji kampanye (7,4) dan tegas dalam memberikan kebijakan (3,3).
Indo Barometer merilis hasil survei nasional mengenai Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Hasilnya nama Joko Widodo menempati posisi teratas sebagai calon presiden 2019 ketimbang Prabowo Subianto.
Sementara dalam tingkat elektabilitas, Jokowi mendapat nilai sebesar 34,9 persen dalam pertanyaan tertutup. Sedangkan, Prabowo memperoleh dukungan publik sebesar 12,1 persen.
Survei ini dilakukan pada 15-23 November 2017 dengan 1.200 responden di 34 provinsi di seluruh Indonesia dan margin of error sebesar 2,83%.
Teuku Wildan
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan