Pekerja menjemur kain pantai setelah dilakukan pewarnaan di kawasan industri rumahan, Krajan, Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (23/11). Kementerian Koperasi dan UKM melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) telah menyiapkan dana sebesar Rp1,55 triliun untuk disalurkan sebagai pinjaman dan bentuk pembiayaan kebutuhan kepada koperasi dan UKM di seluruh Indonesia pada tahun 2016 mendatang. ANTARA FOTO/Maulana Surya/pras/15.

Kulon Progo, Aktual.com – Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendorong pelaku industri kecil menengah setempat menghasilkan produk yang unik berbahan baku lokal untuk menyambut beroperasinya New Yogyakarta International Airport pada 2019.

Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perdagangan Kulon Progo Dewantoro di Kulon Progo, Sabtu (28/4), mengatakan bahwa Dinas Perdagangan melalui program agro minuman dan makanan mulai memberikan pelatihan pemanfaatan potensi lokal untuk menghadapi persaingan menyusul pembangunan bandara di wilayah ini.

“Kami memberikan gambaran-gambaran ke depan dengan adanya bandara di Kulon Progo hingga apa saja peluang yang bisa mereka raih, baik dari sisi kuliner hingga kerajinan,” kata Dewantoro.

Ia mengatakan pihaknya meminta pelaku indusri kecil menengah (IKM) mengedepankan hal yang unik dan khas sebagai keuatan untuk menghadapi persaingan.

Menurut dia, kalau pelaku IKM mengikuti produk siap saji atau pelaku besar dipastikan akan tersingkir. Pelaku IKM akan kalah dari sisi modal hingga peralatan.

“Untuk itu, kami kedepankan kegiatan mengolah makan khas dan unik berbahan baku produk lokal untuk menghasilkan produk olahan yang alami, natural dan sangat ramah kesehatan, serta lingkungan,” katanya.

Ia mencontohkan potensi lokal yang bisa “dibranding” yakni suwek, kimpul dan makanan lainnya. Di Daerah lain, makanan seperti ini belum tentu didapat. Saat ini, salah satu penghasil suweg dan kimpul di Kecamatan Kokap.

“Hal ini yang perlu kita tonjolkan. Hal ini juga menjadi pekerjaan rumah Dinas Perdagangan dalam mendampingi pelaku IKM menghasilkan produk lokal berdaya saing,” katanya.

Saat ini, lanjut Dewantoro, Dinas Perdagangan mendampingi KUBE Tiwi Manunggal dalam memasarkan produk hingga pengembangan kawasan wisata Bukit Cendana di Kokap.

Saat ini, Tiwi Mangunggal mengekspor gula semut, namun bukan satu-satunya untuk meningkatkan pedapatan petani nira. Dinas Perdagangan mengarahkan mereka supaya memasarkan gula semut untuk domestik.

“Ekspor gula semut itu boleh, dalam rangka percepatan mendongkrak pendapatan petani nira. Tapi jangan lupa, wisatawan domestik juga harus dilayani. Dinas Perdagangan mengarahkan bagaimana produksi semut menjadi tujuan wisata, dikembangkan kawasan wisata Bukit Cendana,” katanya.

Kawasan Bukit Cendana ini mempadupadankan wisata pendidikan pembuatan gula semut dan wisata alam dengan nuansa pegunungan.

“Semua komponen terlibat dalam kegiatan wisata Bukit Cendana. Artinya terjadi pergerakan ekonomi di wilayah itu,” katanya.

Ketua FPG DPRD Kulon Progo Widiyanto mendukung pengembangan potensi lokal. Hal ini dalam rangka menggerakan ekonomi masyarakat.

“Ide ini sangat bagus, bagaimana ada pemberdayaan ekonomi masyarakat,” katanya.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Antara