Nunukan, Aktual.com — Pemerintah Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara menilai manajemen masakapai “Air Born” yang melayani rute penerbangan Pulau Nunukan-Long Bawan Kecamatan Krayan telah melanggar nota kesepahaman bersama (MoU).
Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Nunukan Petrus Kanisius membenarkan adanya pembatalan penerbangan ke wilayah perbatasan RI-Malaysia tersebut, karena permasalahan maskapai “Air Born” sedang truble pada bagian mesin.
Hal itu dikemukakan, kata dia setelah mendapatkan pemberitahuan dari pihak pengelola maskapai pemenang lelang psubsidi ongkos angkut (SOA) penerbangan Bandara Nunukan menuju Bandara Long Bawan berbatasan dengan Negeri Sarawak, Malaysia itu.
Maskapai “Air Born” yang memenangkan penerbangan rute tersebut dengan anggaran APBD 2016 sebesar Rp6 miliar untuk 19 seat atau lebih banyak daripada penerbangan menggunakan maspakai Susi Air pada tahun sebelumnya.
Kemudian sesuai kesepakatan sebelumnya, maskapai “Air Born” memiliki empat armada namun hanya yang beroperasi melayani penerbangan Nunukan-Krayan, sedangkan tiga armada lainnya dikontrak pada penerbangan lainnya.
Sehubungan dengan pelanggaran yang dilakukan maskapai itu dengan tidak melayani penerbangan sesuai kesepakatan maka Pemkab Nunukan mempertimbangkan tidak membayar keseluruhan dari nilai kontrak, tetapi disesuaikan dengan jumlah penerbangan yang dilakukannya.
“Pemkab (Nunukan) pastinya tidak bisa membayar seluruhnya nilai kontrak karena tidak melayani penumpang sejak dua pekan ini yang menyebabkan banyak penumpang dari Krayan menuju Nunukan maupun sebaliknya yang terlantar,” Kata Petrus.
Anggota DPRD Nunukan, Aprem secara terpisah menegaskan, kesepakatan kerjasama antara Pemkab Nunukan dengan maskapai “Air Born” perlu ditinjau ulang sehubungan dengan terlantarnya sejumlah penumpang di Bandara Long Bawan tujuan Bandara Nunukan akibat kerusakan mesin yang dialami tanpa ada armada lain sebagai cadangan.
Menurut dia, managamen maskapai “Air Born” telah menyalahi kontrak kerjasama dimana sebelumnya sesuai hasil survei memiliki empat armada namun setelah berjalan dikontrakkan kepada pihak lain.
Padahal, kata dia, masih dalam kesepakatan tersebut pihak maskapai menyediakan armada cadangan sebagai antisipasi jika armada yang beroperasi mengalami gangguan tetapi pada kenyataannya tidak ditaati.
Laporan: Antara
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu