Malang, aktual.com – Pemerintah Kota Malang menyampaikan permintaan maaf secara terbuka atas bentrokan yang terjadi pada Kamis (15/8) antara sekelompok warga Kota Malang dengan mahasiswa asal Papua pada saat akan menyampaikan pendapat di Balai Kota Malang, Jawa Timur.
Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan bahwa bentrokan yang terjadi antara sekelompok warga Kota Malang dengan mahasiswa asal Papua tersebut, berawal dari adanya kesalahpahaman antara kedua pihak.
“Atas nama Pemerintah Kota Malang, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Kemarin itu di luar pengetahuan kami,” kata Sutiaji, di Balai Kota Malang, Senin (19/8).
Sutiaji menjelaskan, usai terjadinya bentrokan di simpang empat Rajabali Kota Malang pada Kamis (15/8) pagi tersebut, dirinya telah mengumpulkan warga yang terlibat bentrokan dengan mahasiswa asal Papua tersebut.
Dalam pertemuan tersebut, Sutiaji menegaskan kepada warga bahwa semua warga negara Indonesia memiliki hak untuk menyampaikan pendapat. Dalam menyampaikan pendapat, sesungguhnya bisa dilaksanakan tanpa ada gangguan selama mentaati aturan yang berlaku.
“Pemerintah Kota Malang tentunya harus ikut menjaga ketertiban dan keamanan, termasuk pada saat ada teman-teman yang melakukan penyampaian pendapat. Itu hak mereka,” ujar Sutiaji.
Sutiaji menegaskan, Pemerintah Kota Malang membuka pintu seluas-luasnya bagi masyarakat Indonesia yang akan melakukan kegiatan di Kota Malang. Oleh karena itu, pihaknya tidak menginginkan adanya kejadian serupa.
Masyarakat yang ada di Kota Malang, diharapkan bisa saling menjaga kerukunan agar peristiwa bentrokan yang terjadi beberapa waktu lalu tersebut tidak semakin diperuncing dengan informasi-informasi yang tidak bertanggung jawab.
“Kita harus saling menjaga, karena kita semua bersaudara. Penyampaian pendapat dan berbeda itu wajar, jangan menghakimi,” kata Sutiaji.
Pemerintah Kota Malang juga menegaskan bahwa hingga saat ini tidak pernah ada kebijakan yang dikeluarkan untuk memulangkan para mahasiswa asal Papua yang tengah belajar di Kota Malang, pasca terjadinya bentrokan.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin