Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzhar Simanjuntak menjadi pembicara pada diskusi bertema Ahok, Jaksa dan Palu Hakim, Jakarta, Sabtu (29/4). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah menilai, perilaku para politikus yang cenderung mengutamakan politik rente sebagai faktor utama yang merusak toleransi di Indonesia. Sifat toleransi Indonesia yang berkembang ke arah intoleransi belakangan ini, dianggap tidak terlahir dari interaksi masyarakat, melainkan karena perilaku destruktif yang dilakukan politikus di tanah air.

Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzhar Simanjuntak, menegaskan, sejatinya sifat intoleran tidak ada dalam kamus kehidupan masyarakat Indonesia karena selama berabad-abad ini masyarakat Indonesia telah hidup dengan nilai-nilai tenggang rasa dan keberagaman.

“Sejatinya, masyarakat Indonesia itu toleransinya sangat otentik. Kesadaran akan keberagaman, hidup saling menghormati, dan merawat toleransi antarsesama itu tinggi sekali,” ujar Dahnil dalam keterangan tertulis yang diterima Aktual.com di Jakarta, Selasa (8/8).

Danhil pun menyebut perilaku politik Indonesia dewasa ini sebagai perilaku politik dengan level yang memuakkan. Hal ini, jelasnya, karena perilaku destruktif para politikus telah merusak sendi-sendi rekatan kuat sosial antarkelompok, etnis, dan agama.

“Laku politik rente yang menghalalkan segala cara dan mengabaikan kepentingan bersama, telah merusak rekatan sosial kita. Toleransi dijadikan alat politik,” tutur Dahnil.

Danhil mencontohkan secara gamblang, adanya kecenderungan yang memberi label atau stigma intoleran terhadap seseorang atau kelompok yang memiliki perbedaan pandangan dengan pemerintah. Hal ini pun berujung pada dijadikannya agama sebagai alat politik, alih-alih digunakan sebagai pembatas etika di dalam masyarakat.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan
Eka