Jakarta, Aktual.co — Pengamat ekonomi Universitas Jember Dr Lilis Yuliati SE MSi mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan menjadi “bom” laju inflasi secara nasional dan di daerah. Penaikkan BBM berdampak pada sejumlah harga komoditas.

“Saat ini harga sejumlah kebutuhan pokok sudah naik, padahal masih belum ada kepastian kapan kenaikan BBM tersebut dilaksanakan dan harga akan naik lagi setelah pemerintah benar-benar menaikkan harga BBM,” tuturnya di Jember, Jawa Timur, Jumat (14/11).

Untuk diketahui, pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada bulan November 2014, namun sebelum kebijakan tersebut benar-benar diputuskan, semua bahan pokok sudah merangkak naik.

Pengajar Pengantar Ekonomi Makro itu mengatakan pencabutan subsidi yang berimbas pada kenaikan BBM bakal memengaruhi harga sejumlah komoditas kelompok penyumbang inflasi dan pengaruhnya akan cukup signifikan pada inflasi bulan depan.

“Inflasi tidak dapat dihindarkan ketika BBM naik dan selama ini kenaikan bahan bakar menjadi ‘momok’ yang luar biasa pada laju inflasi di semua daerah,” tutur Dr Lilis Yuliati.

Menurut dia, indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) seperti kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau; kelompok perumahan, kelompok sandang; kelompok kesehatan; kelompok pendidikan dan olahraga; serta kelompok transportasi dan komunikasi.

Badan Pusat Statistik memprediksi kenaikan harga BBM sebesar Rp3.000 per liter pada November 2014 akan memacu lonjakan inflasi yang cukup besar yakni 1,7 persen dan angka tersebut masih dipengaruhi dampak langsung. Jika digabungkan dengan dampak tidak langsung, inflasi pada November bisa mencapai 3,5 persen.

“Kenaikan BBM itu seperti bom karena ledakannya cukup besar memengaruhi laju inflasi, sehingga pemerintah harus melakukan sejumlah upaya untuk menekan inflasi,” ucap Lilis yang juga Sekretaris Jurusan Ilmu Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Unej.

Ia menjelaskan upaya pengendalian tekanan inflasi dari non BBM harus dilakukan secara masif di daerah seperti peningkatan produksi, memperlancar distribusi pasokan pangan, dan membangun kerja sama antardaerah dalam penyediaan pangan.

“Masyarakat tentu akan ‘shock’ (terguncang) dengan naiknya harga premium, namun kenaikan harga BBM itu lebih baik dibandingkan dengan terjadinya kelangkaan premium di mana-mana,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka