ILustrasi Demam Berdarah

Jakarta, Aktual.com – Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. A Moeloek, Sp.M(K), menekankan pentingnya pencegahan demam berdarah dengue (DBD) melalui pendekatan 3M Plus dan vaksinasi.

Menurutnya, melibatkan masyarakat dengan 3M Plus, seperti menguras dan menutup tempat penampungan air, mendaur ulang barang potensial sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk, dan penggunaan abate, merupakan langkah efektif.

“3M Plus ini masih dipercaya sebagai cara efektif untuk menurunkan populasi nyamuk dengan menghilangkan habitat tempat mereka bertelur,” kata Nila di Jakarta.

Namun, Nila juga mengakui bahwa upaya memberdayakan masyarakat bukanlah hal yang mudah, dan konsistensi serta kesinambungan perlu dijaga untuk mencapai hasil yang optimal. Selain itu, vaksinasi juga menjadi komponen penting dalam pencegahan DBD.

“Upaya mencegah DBD tidak hanya melalui 3M Plus, tapi juga melalui vaksinasi. Vaksin dengue sudah mulai diperkenalkan dan bertahap dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat Indonesia,” tambahnya.

Nila merujuk data Kementerian Kesehatan awal tahun 2023 hingga November, yang mencatat 83.302 kasus DBD di 465 kabupaten di 34 provinsi dengan 574 kasus kematian. Dia juga menyoroti bahwa 36 persen dari 90.865 kasus DBD pada tahun 2021 terjadi pada golongan produktif (usia 15-44 tahun). DBD pada anak-anak, khususnya usia 6-14 tahun, menempati peringkat keenam penyebab kematian tertinggi.

“Tiga dari empat kematian akibat dengue paling banyak terjadi pada anak usia 6-14 tahun,” demikian ujar Nila.

Artikel ini ditulis oleh:

Jalil