Menurut dia, sifat seperti ini merupakan kesombongan atas kebaikan dan kebenaran yang dipegangnya. Sikap seperti ini merupakan sesuatu yang tidak baik sekaligus menunjukkan dia orang yang tidak memahami sejarah.
Oleh karena itu, Nabi Ismail AS menegaskan kepada Ayahnya Nabi Ibrahim ketika mencerita mimpi ayahnya dengan mengatakan, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu.” Nabi Ismail menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kami akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”
“Apa yang dikemukakan Nabi Ismail menunnjukkan ia seorang remaja dengan kepribadian yang matang. Ia langsung menangkap perintah Allah SWT dari cerita ayahnya, bahkan ia siap melaksanakannya dengan segala konsekuensinya,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid