Rencana holding Pertamina-PGN. (ilustrasi/aktual.com)
Rencana holding Pertamina-PGN. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Kenyataan goncangnya manajemen PT Pertamina (Persero) hingga berujung pencopotan Dirut dan Wadirut, merupakan pembuktian bahwa adanya tarik menarik kepentingan yang begitu kuat serta tingkat governance yang masih buruk.

Oleh karenanya, ide holding dengan melakukan pencaplokan terhadap PT PGN, menjadi pertanyaan dari asas kepatutan. Publik menyangsikan nasib PGN akan menjadi buruk jika dipaksakan masuk ke perusahaan yang tengah mengalami sakit.

“Ide BUMN Holding Migas tidak semudah menggabungkan Bank-Bank BUMN pada awal tahun 1998 menjadi Bank Mandiri, kompleksitas dan juga tarik menarik kekuasaan pada sektor migas masih sangat kencang,” kata Koordinator Indonesian Community for Energy Research (ICER), Iqbal Tawakal secara tertulis, Senin (6/2).

Tindakan yang paling memungkinkan tambah Iqbal, kedua berusaha itu dilakukan sinergi bisnis yang akan memperkuat industri strategis.

“Sinergi BUMN antara Pertamina dan juga PGN baiknya lebih ditingkatkan misalnya dalam hal distribusi penyaluran gas sehingga bisa menekan harga gas industri dan ujungnya tentu saja mempunyai multiplier effect yang tinggi bagi Perekonomian Nasional, bukannya dipaksakan dijadikan satu yang pada akhirnya memunculkan perusahaan monopoli yang berpotensi menghasilkan ‘mafia-mafia’ baru,” tukasnya.

Kemudian untuk di sektor hulu, PHE dan juga Pertamina EP sebagai anak perusahan Pertamina (Persero), dan Saka Energy sebagai anak perusahan PGN tentunya dapat didorong terjalin sinergi yang baik.

Dadangsah Dapunta

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan