Yogyakarta, Aktual.com – Jumlah pasien demam berdarah dengue di Kota Yogyakarta yang meninggal dunia sepanjang 2016 lebih banyak dibanding 2015. Sebagian besar korban meninggal akibat terlambat ditangani secara medis.
“Dari audit yang dilakukan terhadap pasien DBD yang meninggal dunia, banyak yang disebabkan terlambat ditangani secara medis. Banyak dari pasien yang berpindah-pindah tempat pelayanan kesehatan sehingga kerap mengaburkan rekam medis pasien,” kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Yudiria Amelia di Yogyakarta, Senin (16/1).
Sepanjang 2016, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mencatat 13 pasien DBD meninggal dunia dari 1.696 kasus. Sedangkan pada 2015, tercatat sebanyak 945 kasus DBD dengan 11 pasien meninggal dunia.
“Jumlah penderita DBD sepanjang 2016 masih bisa bertambah karena ada rumah sakit yang belum menyampaikan data.”
Yudiria mengatakan keluarga pasien harus mencatat secara tepat waktu dimulainya demam, sehingga dokter bisa memiliki gambaran mengenai kondisi tubuh pasien.
Masa kritis pasien DBD biasanya dimulai pada hari keempat, kelima, dan keenam demam. Masa kritis DBD ditandai dengan menurunnya suhu tubuh namun pasien tetap merasa lemah, pusing, mual, muntah, nyeri otot hingga pendarahan seperti mimisan.
“Pasien juga harus menyampaikan informasi yang tepat kepada dokter termasuk obat-obatan yang pernah dikonsumsi selama sakit.”
Yudiria pun menyarankan pasien yang mengalami gejala demam berobat ke puskesmas yang ada di lingkungan tempat tinggalnya terlebih dulu karena biasanya petugas di puskesmas mengetahui penyakit yang sedang berjangkit di wilayah sehingga bisa membantu dokter menyimpulkan penyakit yang diderita pasien.
“Jika memang puskesmas tidak bisa menangani, pasien akan dirujuk ke rumah sakit. Harusnya alurnya seperti itu.”
Selain upaya penanganan kepada pasien, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta juga mengimbau masyarakat untuk selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat serta terus meningkatkan kewaspadaan penularan apabila ada warga di lingkungan tempat tinggalnya yang menderita DBD.
“Harus ada kewaspadaan terhadap penularan DBD karena nyamuk bisa terbang ke mana saja. Selain di rumah, kewaspadaan terhadap DBD juga perlu ditingkatkan di pondokan dan sekolah.”
Yudiria kembali mengingatkan bahwa seluruh wilayah di Kota Yogyakarta endemik demam berdarah. “Biasanya ada satu atau dua kelurahan yang bebas DBD seperti dj Kotabaru. Namun pada 2016, di seluruh kelurahan ada penderita DBD.”
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Wisnu