Sementara itu, untuk faktor risiko yang paling banyak memicu HIV/AIDS di DIY adalah heteroseksual (hubungan seksual dengan lawan jenis), disusul homoseksual, dan narkotika suntik, dan air susu ibu.
Menurut Sektyarini, ada banyak faktor yang menyebabkan kasus HIV/AIDS di DIY terus meningkat, di antaranya akibat pergaulan bebas di kalangan usia produktif. Pergaulan tanpa disertai kontrol di usia tersebut terindikasi kuat memicu penularan HIV/AIDS yang di antaranya melalui hubungan seksual.
“Apalagi penularan HIV/AIDS paling dominan memang melalui hubungan seksual, sedangkan penularan melalui darah atau air susu ibu saya kira sangat kecil,” katanya.
Namun demikian, kata Sektyarini, di sisi lain meningkatnya jumlah kasus tersebut juga menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat penderita HIV/AIDS untuk memeriksakan dirinya ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.
“Sekarang ada kebijakan kalau hamil harus diperiksa HIV, spilis, dan hepatitis B, sehingga peningkatan jumlah kasus itu juga didapatkan dari hasil pemeriksaan tersebut,”ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid