Proses pendidikan untuk kemajuan peradaban itu ibarat budi daya tanaman. Pohon ideal yang kita kehendaki hendaknya berakar dalam, berbatang tinggi, bercabang rapi, berdaun rindang, berbuah lebat. Akarnya akhlak-karakter mulia; batangnya wawasan ketinggian pengetahuan; cabang-rantingnya keterampilan dan kecakapan tata kelola; daunnya kerukunan-kolaboratif; buahnya kreativitas inovasi.

Kedalam, pendidikan harus memberi wahana pada peserta didik untuk mengenali kekhasan potensi dirinya sekaligus moral purpose hidupnya. Keluar, memberi wahana pada peserta didik untuk mengenali dan mengembangkan kebudayaan sebagai sistem nilai, sistem pengetahuan, dan sistem perilaku bersama. Bibit unggul individualitas harus tumbuh di atas tanah sosialitas Pancasila yang subur.

Dengan demikian, pendidikan tak cukup mengajarkan explicit knowledge dan keterampilan teknis, tetapi diharapkan dpt menumbuhkan kapabilitas yang dapat memperluas pilihan (kebebasan dan peluang) peserta didik dlm mengembangkah hidup dan kehidupannya. Dengan pendidikan, peserta didik harus dapat melampaui jangkauan teknologi dan data, dengan memberikan wawasan kemanusiaan dan kebijaksanaan.

Pendidikan juga harus memberi kemungkinan agar kapabilitas itu berfungsi dalam kehidupan nyata lewat penguatan wawasan dan rekayasa sistem sosial dalam tata nilai mental-kultural, tata kelola institusional-politikal serta tata sejahtera material-teknologikal.

Untuk memastikan kualitas “performa” pendidikan seperti yang diinginkan, peran dan mutu guru sangat penting. Guru harus diberi derajat kebebasan yang lebih besar untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam proses belajar-mengajar. Pendidikan sebagai proses pemerdekaan tak bisa dicapai bilamana gurunya sendiri terbelenggu. Peran besar yang diemban guru menghendaki peningkatan kapasitas guru.

Seperti diingatkan oleh Ki Hadjar Dewantara, seorang juru didik memerlukan kecakapan yang lebih baik dari juru ukir. Jika pengukir kayu saja wajib mempunyai pengetahuan yang mendalam dan luas tentang hakekat kayu dan teknik ukir, apa lagi juru didik yang diharapkan mampu mengukir manusia secara lahir dan batin.

 

Belajar Merunduk, Yudi Latif

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: As'ad Syamsul Abidin