Jakarta, Aktual.com — Pendiri WikiLeaks Julian Assange akan meninggalkan Kedutaan Besar Ekuador di London, tempat ia berlindung sejak 12 Juni 2012 untuk menghindari ekstradisi ke Swedia, dan bersedia ditahan, Jumat, jika badan PBB, yang menyelidiki perkaranya, memutuskan ia kalah.
Assange (44) dicari di Swedia untuk diperiksa terkait tuduhan pemerkosaan pada 2010, yang dibantahnya.
“Jika PBB besok mengumumkan bahwa saya kalah dalam perkara melawan Inggris dan Swedia, saya akan keluar dari kedutaan pada Jumat siang dan menerima penahanan oleh polisi Inggris, karena tidak ada peluang berarti untuk banding lebih jauh lagi,” kata Assange dalam pernyataan di Twitter WikiLeaks, Kamis (4/2).
“Meski demikian, jika saya menang dan pemerintah itu dinyatakan bertindak melanggar hukum, saya mengharapkan paspor saya segera dikembalikan dan upaya lebih jauh untuk menahan saya dihentikan,” katanya.
Assange khawatir Swedia akan mengekstradisinya ke Amerika Serikat, dimana ia bisa diadili atas publikasi dokumen-dokumen militer dan diplomatik rahasia yang dilakukan WikiLeaks, salah satu kebocoran informasi terbesar dalam sejarah AS.
Kelompok Kerja PBB untuk Penahanan Sewenang-wenang saat ini mempertimbangkan permintaan bantuan oleh Assange, yang dalam pengaduannya berpendapat bahwa masa yang ia lewatkan di kedutaan merupakan penahanan sewenang-wenang yang dibuat.
Assange berpendapat bahwa kemerdekaannya yang mendasar telah dirampas, termasuk kurangnya akses ke cahaya matahari ataupun udara segar, fasilitas pengobatan memadai, serta ketidakamanan hukum dan prosedur.
Assange menjadi berita utama dunia pada awal 2010 ketika WikiLeaks menyebarluaskan video rahasia militer AS yang menunjukkan serangan pada 2007 oleh helikopter Apache, yang menewaskan selusin orang di Baghdad, termasuk dua staf pemberitaan Reuters.
Kemudian pada tahun itu, kelompok tersebut merilis lebih dari 90 ribu dokumen rahasia yang menyebutkan secara rinci gerakan militer dipimpin AS di Afghanistan, disusul oleh hampir 400 ribu laporan internal militer AS yang merinci operasi-operasi di Irak.
Pengungkapan tersebut diikuti oleh rilis lebih dari 250 ribu kawat rahasia dari kedubes-kedubes AS. Kelompok tersebut terus bergerak dan menambahkan hampir tiga juta lebih kawat diplomatik sejak 1973.
Sejak terkurungnya Assange, WikiLeaks masih terus menyiarkan dokumen mengenai berbagai topik, seperti, Trans-Pacific Partnership, salah satu kesepakatan dagang terbesar multinasional, yang ditandatangani 12 negara anggota pada Kamis di Selandia Baru.
Juru bicara Assange tidak bisa dihubungi untuk berkomentar mengenai hal tersebut.
Lennart Jansson, Kuasa Usaha Kedubes Swedia di Canberra menolak berkomentar mengenai pernyataan tersebut.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara