Khartoum, Aktual.com – Gas air mata ditembakkan ke ribuan pendukung gerakan oposisi Sudan, Pasukan untuk Perdamaian dan Perubahan, yang  berkumpul di ibu kota, Khartoum, pada Jumat (17/12), menurut keterangan saksi.

Sumber gas air mata itu tidak jelas. Saksi mengatakan kepada Reuters tidak ada tanda petugas kepolisian di tempat kejadian.

Protes massal meledak karena kudeta militer pada Oktober. Protes terus berlanjut setelah kesepakatan diumumkan pada 21 November.

Kesepakatan itu mengembalikan kekuasaan Perdana Menteri Abdalla Hamdok, yang sebelumnya menjadi menjadi tahanan rumah.

Kesepakatan antara Hamdok dan militer menghadapi  penentangan dari kalangan pengunjuk rasa, yang sebelumnya melihat Hamdok sebagai simbol perlawanan terhadap kekuasaan militer dan mengecam kesepakatan itu sebagai pengkhianatan.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan di Twitter, “Banyak warga Sudan terus menuntut penghormatan atas hak asasi manusia mereka dan untuk menyuarakan cita-cita abadi mereka demi Sudan yang demokratis. AS terus untuk membela mereka.”

Khalid Omar Youssef, menteri urusan kabinet sebelum kudeta dan tokoh oposisi penting yang ditahan dan dibebaskan setelah militer mengabil alih (kekuasaan), berada di atas panggung berorasi kepada kerumunan saat gas air mata ditembakkan.

Youssed kemudian mengatakan melalui cuitannya di Twitter, “Apakah mereka menembakkan gas air mata atau peluru terhadap kita, mereka tidak akan membungkam kita…kita akan mengalahkan kudeta dan bangsa kita akan mendapatkan kembali kebebasan.”

Beberapa tokoh pemimpin oposisi tersohor lainnya dijadwalkan untuk berorasi.

Rekaman langsung yang disiarkan oleh partai kongres Sudan setelah penembakan gas air mata menunjukkan kursi-kursi dalam keadaan berserakan. (Reuters)

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
As'ad Syamsul Abidin