Jakarta, Aktual.com — Di Indonesia, skizofrenia termasuk gangguan jiwa berat yang terbanyak penderitanya. Data Riskesdas 2013 menunjukkan, prevalensi penyakit ini mencapai 1-2 orang dari 1000 penduduk.

Penyakit skizofrenia, penderitanya akan memiliki kesulitan memproses pikirannya sehingga timbulah halusinasi, delusi, pikiran yang tidak jelas dan tingkah laku atau bicara yang tidak wajar.

Oleh sebab itu, dituliskan dalam laman Hufftingpost.com, Para ilmuwan tengah mengambil langkah menuju pemahaman skizofrenia dan mencari penyebab dasar dari penyakit yang cukup merusak jiwa tersebut.

Skizofrenia ditandai dengan gejala termasuk delusi, halusinasi, kesulitan kognitif dan perilaku sosial abnormal. Temuan yang dipublikasikan oleh jurnal Nature, mengarah ke kemungkinan penyebab yang mendasari gangguan kejiwaan yang mempengaruhi sekitar 3,5 juta orang Amerika, atau sekitar 1 persen dari populasi umum

Ahli genetika di Harvard University, Dr Steve McCarroll menjelaskan bahwa setiap temuan baru yang dapat memberikan pemahaman penyebab penyakit ini bermula, sangat membantu.

“Setiap langkah menuju pemahaman akar penyebab penyakit ini berpotensi benar-benar membantu, Kita harus mengetahui tentang bagaimana penyakit ini bermula,” ungkap Steve

Sebagian besar kasus skizofrenia hadir di antara usia 16 dan 25, yang selalu menjadi salah satu misteri penyakit. “Itulah Mengapa penyakit tersebut menyerang di waktu tertentu dalam hidup,” tambah Steve

Penelitian di Amerika Serikat yang berkolaborasi untuk mengungkap genetika mempengaruhi kesempatan untuk mengembangkan penyakit tersebut nampaknya juga mulai membuahkan hasil.

Mereka menemukan bahwa orang yang memiliki gen bawaan dapat mempercepat atau memperkuat proses perkembangan normal ‘pemangkasan sinaptik’ di otak yang beresiko mengembangkan skizofrenia.

Biasanya, otak menggunakan proses itu untuk melepaskan saraf yang lemah atau tidak dibutuhkan lagi karena sudah waktunya untuk dilepaskan. Biasanya karena selalu digunakan pada pemikiran tingkat tinggi, perencanaan matang atau pengambilan keputusan.

Para peneliti menemukan bahwa gen yang terkait dengan penandaan agresif hubungan saraf yang lemah, membuktikan bahwa lebih dari koneksi ini dimakan oleh protein daripada otak yang sehat yang juga membawa protein C4. C4 protein yang akan mengatakan kepada protein lain untuk melampirkan sinapsis, atau konektor saraf, di otak.

Temuan baru diharapkan suatu hari akan membuka jalan bagi pengobatan yang lebih efektif untuk penyakit ini, seperti penemuan untuk tes atau obat yang dapat menargetkan membawa jauh pemangkasan sinaptik.

Mc Carroll menjelaskan, bahwa obat saat ini tidak dapat mengobati Skizofrenia, tetapi mereka mengatasi gejala tunggal skizofrenia masalah kejiwaan.

“Mereka tidak memperlakukan penurunan kognitif dan penarikan emosional yang membuat pasien bertahan, karena mereka tidak mengatasi akar penyebab. Dan alasannya adalah bahwa kita belum tahu hal-hal yang sangat mendasar tentang apa yang akar penyebabnya,” ujar McCarroll

Diakhir kata, McCarroll mengatakan mereka bekerja keras untuk memahami apa yang merubah otak remaja diwaktu kehidupan tertentu. “Kami pikir itu sangat penting untuk memahami perubahan biologis yang terjadi selama masa remaja yang menetapkan kerentanan manusia terhadap penyakit ini.”

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu