Jakarta, Aktual.co — Apa hubungannya hewan dengan penyakit Alzheimer?. Menurut penelitian terbaru, beberapa dari hewan yang melakukan hibernasi atau tidur panjang tanpa makan dan minum.bisa membantu para ilmuwan merancang pengobatan membantu atau mencegah demensia.

Untuk diketahui hibernasi atau rahat adalah kondisi ketakaktifan dan penurunan metabolisme pada hewan yang ditandai dengan suhu tubuh yang lebih rendah, pernapasan yang lebih perlahan, serta kecepatan metabolisme yang lebih rendah.

Penelitian dari Universitas Leicester, mengisolasi protein dingin yang diaktifkan, RBM3, bisa membantu mengembalikan aktivitas otak satwa yang keluar dari periode hibernasi panjang. Walaupun protein juga ada pada manusia, namun ditemukan ‘menghilang’ di kalangan penderita Alzheimer.

Berikut adalah cara kerjanya. Ketika hewan masuk ke dalam hibernasi, jumlah sinapsis otak mereka menurun sehingga memungkinkan mereka memasuki keadaan lama yang tidak aktif. Kemudian, RBM3 protein dingin, diaktifkan membangun kembali sinapsis ketika binatang tersebut bangun, sehingga memulihkan aktivitas otak yang normal.

Penelitian mempercayai, bahwa obat yang menirukan efek dari protein tersebut kemungkinan memiliki potensi berguna mengembalikan fungsi otak yang hilang pada manusia yang menderita gangguan neurodegenerative.

“Jalur saraf yang diidentifikasi dalam studi ini bisa menjadi langkah maju yang penting,” kata Dr. Hugh Perry, ketua tim ilmu saraf dan kesehatan mental Dewan Penelitian Medis Counsil, yang mendanai studi tersebut, mengatakan kepada Telegraph.

“Kami sekarang harus menemukan sesuatu dalam mereproduksi efek pendinginan otak. Sama seperti obat anti-inflamasi yang lebih baik untuk mandi dingin serta menurunkan suhu tinggi. Kita perlu mencari obat yang dapat menginduksi efek hibernasi dan hipotermia.”

“Jalur saraf yang diidentifikasi dalam studi ini bisa menjadi langkah maju yang penting,” papar Dr. Hugh Perry, ketua ilmu saraf dan Kesehatan Mental Dewan Penelitian Medis Counsil, yang mendanai studi itu, mengatakan kepada Telegraph.

Hipotermia dikenal dapat melindungi otak – dan para peneliti Leicester berusaha untuk menentukan apakah pendinginan otak pasien Alzheimer dapat membantu mencegah hilangnya sinapsis.

Untuk menguji teori tersebut, para peneliti menurunkan suhu tubuh pada kelompok tikus yang terserang Alzheimer dan grup tikus sehat pada 60-64 derajat Fahrenheit (sebanding dengan mamalia kecil dalam hibernasi, red) selama 45 menit.

Setelah 45 menit suhu naik, protein RBM3 diaktifkan pada tikus yang sehat, untuk memulihkan fungsi otak, karena mereka bangun. Pada tikus dengan penyakit Alzheimer, protein tidak berkhasiat.

Para peneliti menunjukkan, bahwa meningkatkan suhu dingin di otak – tanpa pendingin tubuh – bisa berguna sebagai terapi pelindung untuk mengobati gangguan neurodegenerative.

“Sementara kita tidak berpikir pendinginan tubuh adalah pengobatan yang layak untuk jangka panjang, kondisi progresif seperti penyakit Alzheimer. Penelitian ini membuka kemungkinan untuk menemukan obat yang dapat memiliki efek yang sama,” urai Dr. Doug Brown dari Alzheimer Society, dalam sebuah pernyataan tertulisnya.

“Kami sangat berharap melihat penelitian ini maju ke depan ke tahap berikutnya.”

Penemuan tersebut dipublikasikan dalam Nature Journal.

Artikel ini ditulis oleh: