Jakarta, Aktual.com – Enam minggu pasca pertempuran di Gaza, Israel memulai serangan terhadap rumah sakit, kamp pengungsi, sekolah, dan gereja. Fasilitas-fasilitas tersebut tidak terhindar dari serangan oleh pasukan Israel.
Sebanyak 21 dari 35 rumah sakit di Gaza, termasuk pusat kanker di daerah tersebut, tidak beroperasi sepenuhnya. Sementara itu, fasilitas lain mengalami kerusakan dan kekurangan obat-obatan serta persediaan yang krusial.
Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahia, Gaza, menjadi sasaran serangan pada Senin, (20/11). Paling tidak, 12 orang meninggal dalam serangan Israel terhadap fasilitas tersebut, bahkan ketika kendaraan lapis baja semakin mendekat ke rumah sakit.
Peneliti yang bekerja untuk Dewan Urusan Global Timur Tengah yang bermarkas di Doha, Omar Rahman menyatakan bahwa Israel menargetkan rumah sakit dengan motivasi yang bervariasi. Rahman menyebut tindakan ini sebagai bentuk dari strategi perang psikologis.
“Serangan terhadap rumah sakit menunjukkan kepada masyarakat bahwa tidak ada tempat yang aman bagi (warga Palestina),” ujar Rahman, dikutip dari Al Jazeera.
Analis senior Palestina yang bekerja di International Crisis Group, Tahani Mustafa menyatakan tindakan yang menciptakan ketidakamanan di antara warga Palestina di semua fasilitas di Jalur Gaza bertujuan untuk menghentikan segala bentuk perlawanan.
“Ini adalah bagian dari pola pelecehan yang sudah berlangsung lama terhadap staf dan layanan medis, di mana Israel menunjukkan kepada warga Palestina bahwa tidak ada seorang pun dan tidak ada ruang yang aman,” jelas Mustafa.
“Ini adalah upaya sistematis untuk mengintimidasi penduduk lokal dan melemahkan keinginan mereka untuk melawan,” imbuhnya.
Analis tersebut menyatakan bahwa selama konflik, Israel telah menyerang beberapa ambulans dan sarana medis di Tepi Barat dan Gaza. Israel berpendapat bahwa pejuang Palestina memanfaatkannya untuk bergerak dan berlindung, meskipun klaim ini tidak disertai dengan bukti konkret.
Artikel ini ditulis oleh:
Yunita Wisikaningsih