Jakarta, Aktual.co — Gulungan papirus kuno terbakar bersamaan dengan letusan gunung berapi yang menyapu kota Pompeii, selangkah lagi akan mengungkapkan rahasia sebenarnya, melalui teknologi terkini sinar-X.

Untuk diketahui, letusan Gunung Vesuvius pada 79 Masehi silam telah meratakan kota Herculaneum dan sekitarnya. Kala itu, ratusan gulungan papirus di dalam perpustakaan pribadi di kota itu terbakar sebagian. Beruntung, di sisi luarnya yang hangus, namun tulisan yang di dalam masih ada,

Sementara itu, beberapa gulungan sudah diperiksa. Saat ini, sebuah teknik baru menawarkan para ilmuwan berupa cara lain dalam mengungkap sejarah masa lalu.

Peneliti menggunakan, X-ray dengan teknik tomography dalam memperoleh gambar tiga dimensi, dimana di-scan bagian dalam gulungan, berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam Nature Communications Journal.

Meskipun tinta yang ditulis pada papirus tercampur dari papirus itu sendiri, scan mengungkapkan sesuatu yang lain. Diantaranya, tonjolan sangat kecil di permukaan sisinya.

BBCNews melaporkan, bahwa tinta tidak diserap oleh papirus, dan tinggi benjolan sepersepuluh milimeter, menunjukkan di mana tinta tertulis pada permukaan gulirnya.

“Jadi surat-surat yang ada disudutnya, karena tinta masih di atas,” kata Dr Vito Mocella dari Institut Riset Dewan Nasional untuk ‘Microelectronics’ dan ‘Microsystems’.

Para peneliti sejauh ini sudah mampu menguraikan beberapa huruf Yunani,  beberapa diantaranya masih menjadi ‘misteri’ dokumen ada yang terungkap. Tim sendiri telah mampu membuat beberapa kesimpulan.

Gulir gulungan Papirus yang di-scan diyakini karya penyair dan filsuf Epicurean Filodemus, kata Mocella kepada The Associated Press.

Gulungan yang berasal dari perpustakaan pribadi kemungkinan milik ayah mertua Julius Caesar, Lucius Calpurnius Piso Caesoninus. Seiring dengan tulisan-tulisan dari Filodemus, koleksi mungkin mengandung teks Epicurean lainnya. Dan, beberapa gulungan dapat menyembunyikan karya yang hilang atau karya dikenal dalam bentuk aslinya.

“Untuk tokoh yang dimuliakan, itu akan menjadi indah dalam memiliki naskah Virgil ditulis dalam hidupnya, karena apa yang kita miliki adalah naskah abad pertengahan yang telah mengalami banyak perubahan di tangan penyalinnya,” kata David Sider, Professor di New York University mengatakan kepada The New York Times.

“Jika mereka bisa melakukannya, itu memiliki potensi untuk merevolusi studi tentang dunia kuno,” pungkas Jack Mitchell, profesor zaman klasik di Dalhousie University, mengatakan kepada The Toronto Star.

Artikel ini ditulis oleh: