Dirjen Migas Ego Syahrial (Foto: Istmiewa)
Dirjen Migas Ego Syahrial (Foto: Istmiewa)

Jakarta, Aktual.com – Kementerian ESDM menyampaikan capaian penerimaan negara sektor minyak dan gas bumi (migas) baik dari PNBP maupun Pph pada semester pertama mencapai Rp69,4 triliun dari target penerimaan tahun 2017 sebesar Rp105,5 triliun.

Capaian ini diketahui mengalami peningkatan dari semester sama pada tahun lalu yang hanya sebesar Rp34,76 triliun. Angka Rp34,76 ini merujuk pada Kementerian Keuangan yang menyatakan Pph sebesar Rp16,3 triliun dan data Dirjen Migas mengungkapkan PNBP sebesar Rp Rp18,46 triliun.

“Penerimaan negara targetnya Rp105,5 triliun di akhir 2017, baik PPN atau PPh. Semester satu sudah hampir Rp70 triliun atau sekitar Rp69,4 triliun,” kata Dirjen Migas, Ego Syahrial di Jakarta, Selasa (8/8).

Lebih lanjut Ego optimis jika harga minyak dunia relatif stabil, dia yakin akan melampaui target.

“Jika harga minyak dunia tidak terjun bebas, kita harapkan bisa tercapai,” tegas dia.

Akan tetapi yang mesti diingat bahwasanya target tahun ini memang terhitung lebih rendah dari target tahun lalu. Pada 2016 pemerintah menargetkan Rp167,1 triliun sedangkan tahun ini hanya Rp105,5 triliun.

Kendati begitu yang perlu diperhatikan bahwa pada Cost Recovery diperkirakan akan melonjak menjelang akhir tahun, pasalnya ada  beberapa kontraktor yang mulai menghitung cost recoverynya.

“Untuk cost recovery juga saat ini cukup wajar, dalam setengah tahun 46 persen. Tapi yang menjadi kekhwatiran dan harus kami jaga karena cost recovery akan masuk dalam jumlah besar pada bulan-bulan November terutama yang dari depresiasi. Dan kami sedang menghitung secara akurat. Kira-kira yang jumlahnya akan besar masuk diakhir tahun nanti,” kata Amien Sunaryadi pada bulan lalu.

Per Juni Amin; perhitungan beban cost recovery sudah mencapai USD 4,87 miliar dari perkiraan pada APBN sebesar USD 10,49 miliar.

Sedangkan di antara kontraktor yang akan mulai masuk beban cost recovery pada akhir tahun ini, terdapat kontraktor blok Mahakam yakni Total dan kontraktor Jangkrik yaitu ENI.

Diperkirakan cost recovery yang mulai akan dibebankan dari Total sebesar USD 900 juta sedangkan ENI lebih kecil dari Total.

“Jadi kalau cost recovery saat ini 46 persen, tidak berati kami telah berhasil. Jadi kami harus terus menjaga agar diakhir tahun nanti tetap dalam angka yang ditargetkan,” pungkas Amien.

(Reporter: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka