Jakarta, Aktual.com – Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta menjelaskan bahwa dari beberapa fakta yang sudah terjadi, memang ada upaya delegitimasi pemilu.
Langkah ini terlihat akan dilakukan oleh kelompok yang memang tidak siap dalam berdemokrasi. Menurutnya, fakta-fakta berupa narasi yang intinya bahwa kelompok tersebut pasti menang, kecuali dicurangi.
Narasi lain yang menyusul adalah akan menggeruduk KPU, yang secara langsung sudah mengajak melakukan kekerasan jika kelompok mereka kalah.
“Sebelum narasi tersebut muncul, upaya delegitimasi Pemilu 2019 sudah didahului dengan hoax-hoax yang mendeskreditkan KPU dan Bawaslu,” katanya, Kamis (7/3).
Menurutnya penyebaran berita bohong atau hoax tersebut antara lain adanya tujuh kontainter surat suara yang sudah tercoblos, warga asing dikerahkan untuk mencoblos, dan yang terbaru adalah hoax tengang petugas yang akan mengganti kotak suara hasil pemungutan suara.
“Hoax-hoax tersebut adalah narasi yang disebarkan kepada masyarakat sebagai framing yang menciptakan persepsi bahwa pemilu curang,” ujarya.
Artikel ini ditulis oleh: