“Saya kira sudah selesai berbicara tentang pancasila, kebhinekaan, toleransi, pluralisme dan seterusnya. Sehingga terlambat kita membicarakan ini, seharusnya lebih jauh berbicara dari itu. Tahun 1928 kita sudah tuntas tentang ini, Piagam Jakarta (1948) sudah tuntas menekan tombol kebhinekaan dan Pancasila sebagai jalan lurus keindonesian,” paparnya.
Bahkan, sambung dia, untuk berbicara soal minoritas pun sudah tidak relevan begitu semua elemen bangsa sepakat memilih Pancasila sebagai landasan bernegara.
“Bicara minoritas juga sudah tak relevan dan tak cocok begitu kita memilih Pancasila sebagai jalan hidup berbangsa dan bernegara, mayoritas dan minoritas justru makin memperuncing dan membuat kondisi makin gaduh,” pungkas Ipang.
Laporan: Novrizal Sikumbang
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang
Andy Abdul Hamid