Jakarta, Aktual.com — Proyek normalisasi Sungai Ciliwung yang diiakukan dengan membeton bibir sungai sepanjang 19 KM terbentang dari TB Simatupang-Manggarai dianggap mengancam ketersediaan air tanah bagi penghuni pinggir sungai.
Pasalnya, turap beton yang dipasang, akan menutup air sungai untuk masuk ke dalam tanah. “Beton kan kedap air, kalau dipasang berjejer gitu, gimana air keserep tanah,” ujar Direktur Ciliwung Institute, Sudirman Asun kepada Aktual.com saat dihubungi malam ini, Jakarta, Sabtu (30/1).
Selain mengancam ketersediaan air tanah, pemasangan turap beton juga akan mengancam kehidupan ekosistem sungai untuk hidup dan berkembang biak.
“Biawak, bulus, udang, kepiting kan hidup dua alam, berkembang di tanah. kalau dibeton, gimana mau hidup,” imbuhnya.
Asun juga menambahkan, meskipun proyek normalisasi sungai diperuntukan untuk menghadapi banjir, namun menurut Asun justru dalam jangka panjang akan memperparah banjir Jakarta.
“Luapan air sungai yang seharusnya mengisi ruang air Sempadan sungai terdorong kebawah menjadi beban daerah hilir, (Dan ini) mengancam banjir daerah Jakarta Utara semakin parah, karena mendapat serbuan banjir dua arah yaitu banjir ROB dari hulu dan banjir kiriman dari hulu sungai,” kata dia.
Betonisasi dan tembok sungai juga memutus relasi antara warga dengan sungai. Salah satu contohnya kampung pulo dan bukit duri, menurut dia, harusnya pemerintah memberikan kepastian hukum keberadaan kampung mereka.
“Pemerintah membantu memberi kesempatan warga menata kampung mereka sendiri, inisiatif dan partisipasi warga untuk design kampung susun pasang surut didukung Pemprov DKI dan Kemen PUPR ” imbuhnya.
Alhasil, Asun menjelaskan bahwasanya hal itu dapat menghilangkan budaya sungai pada warga, masyarakat dipisahkan dari kehidupan sungai, akses masyarakat ke sungai semakin sulit dihilangkan terhalang oleh tembok tinggi
“Bagaimana masyarakat diajak peduli terhadap sungai, pemandangan langsung ke sungai semakin susah terhalang ditutup tembok tinggi, kalau ada jarak, memori masyarakat soal sungai bakal hilang, dan tradisi masyarakat interaksi terhadap sungai akan hilang,” tuturnya.
Lebih lanjut, Asun mengatakan bahwasanya dalam proyek tersebut, warga sama sekali tidak diundang ikut berpartisipsi. Padahal, janji kampanye Ahok saat masih dipasangkan Jokowi, mereka mengusung tema
“Jakart Baru Jakarta Kita Bersama”, yang mana, isi kampanye tersebut menyebutkan bahwasannya pembangunan Jakarta dengan pendekatan partisipasif, lebih banyak mendengar bottom up, menjunjung kebersamaan dalam pembangunan.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby