Ilustrasi/liputan6

Medan, aktual.com – Pengamat ekonomi Wahyu Ario Pratomo mengatakan wabah Virus Corona baru atau COVID- 19 menimbulkan krisis ekonomi, namun hanya berlangsung jangka pendek.

“Kalau COVID-19 berakhir, krisis ekonomi bisa cepat pulih kembali. Beda dengan krismon (krisis ekonomi) dan krisis global yang pemulihannya lambat,” ujar Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan, Sabtu [04/4].

Pemulihan ekonomi yang cepat usai pandemi COVID -19, lanjut dia, mengacu pada keyakinan bahwa semua sektor akan langsung bergerak usai virus itu tidak mewabah lagi. Menurut dia, saat ini masyarakat tidak berani melakukan aktivitas karena takut tertular virus.

Aktivitas masyarakat nyaris tidak ada karena pemerintah pun, kata dia, menerapkan social distancing  untuk menekan penyebaran COVID-19.

“Perekonomian yang terganggu saat ini tidak memiliki dasar lain kecuali wabah COVID-19. Jadi pemulihannya bisa cepat saat virus itu bisa diatasi atau dampaknya bisa ditekan,” ujar Wahyu.

Di Sumatera Utara sendiri, lanjut dia, perlambatan ekonomi akan terlihat jelas pada triwulan II atau April – Juni 2020. Sementara di triwulan I, meski ada perlambatan ekonomi, tetapi tidak besar karena dampak wabah COVID-19 baru dirasakan Maret, meskipun virus itu sudah mewabah secara global pada Februari 2020.

“Ada prakiraan, di triwulan I pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara berada di level 3,5 – 4,5 persen,” katanya. Sementara pada  triwulan II, kata dia, pertumbuhan ekonomi di provinsi itu akan lebih rendah atau 3 – 4 persen.

Puasa Ramadhan dan Idul Fitri, menurut dia, akan sedikit menolong pergerakan ekonomi pada triwulan II, walau pada masa itu atau hingga 29 Mei 2020, Sumatera Utara masih dalam status Tanggap Darurat Bencana.

“Namun jika dampak COVID-19 masih terus berlangsung hingga akhir tahun, maka perekonomian Sumatera Utara akan mengalami perlambatan yang lebih besar,” kata Wahyu.

Artikel ini ditulis oleh:

Eko Priyanto