Jakarta, aktual.com – Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio, memperkirakan pada debat calon presiden (capres), 17 Februari mendatang, kedua calon akan terlihat lebih autentik.

“Kalau pada debat pertama ‘kan ada kisi-kisinya, jadi autentiknya tidak terlihat, nah, pada debat kedua kali ini tidak ada kisi-kisi jadi kedua capres akan lebih natural memperlihatkan jawaban autentiknya,” kata Hendri Satrio di Jakarta, Selasa (12/2).

Hendri memprediksi debat kedua ini akan lebih banyak serangan dari kedua pihak.

Ia meyakini akan lebih seru daripada debat pertama.

Penyajian data juga harus disajikan dari kedua pihak, mengingat tema debat kedua lebih banyak mengenai perkembangan ekonomi, khususnya ekonomi, energi, dan pangan.

Dengan adanya data, dia berharap adu keakuratan data lebih tersaji sehingga masyarakat akan lebih jelas dengan maksud data yang selama ini dipertanyakan.

“Menurut saya jawaban salah dari capres justru tidak apa-apa karena itu menunjukkan autentiknya, atau jawaban tidak tahu juga tidak masalah, tinggal bagaimana capres menyampaikan ketidaktahuannya, makanya harus siap-siap data,” kata Hendri.

Pendapat lainnya, kedua calon presiden akan ditantang mencetuskan solusi untuk penurunan impor migas dan juga lambatnya peningkatan eksplorasi minyak. Kedua masalah itu telah menjadi biang kerok defisit neraca migas yang sebesar 11,6 miliar dolar AS pada tahun 2018.

Dihubungi Antara di Jakarta Ketua Komisi VII DPR Gus Irawan Pasaribu mengatakan bahwa impor migas, termasuk di dalamnya impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM), telah sangat membebani defisit neraca transaksi berjalan dan turut menguras cadangan devisa pada tahun 2018.

Ketika permintaan BBM dalam negeri terus meningkat, kata Gus Irawan, kegiatan eksplorasi sumber-sumber migas justeru terus menurun.

“Produksi bukan lagi stagnan, melainkan menurun. Itu akhirnya impor migas kita naik terus. Belum ada kebijakan signifikan bisa menaikkan ‘lifting’ minyak,” kata Gus.

Politikus Gerindra itu mengatakan bahwa meningkatnya impor migas ini dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi sumber keprihatinan mengenai ketahanan energi di Tanah Air.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin