Tetapi, kata dia, jika dicermati secara kualitas militansi mesin politik berdasarkan fakta pemilu ada pada partai dibelakang Anies-Sandi terutama PKS dan Gerindra, dan relawan Anies-Sandi dari berbagai kalangan yang saat musim kampanye putaran dua terlihat sangat militan.

“Namun, jika partai pendukunng Ahok-Jarot memperbaiki militansi mesin partainya (khususnya PDIP) maka kekuatan mesin politik kedua paslon tersebut sama-sama kuat, problemnya ini sudah hari tenang, tidak ada lagi waktu kampanye untuk memperbaiki mesin politik. Dari faktor kualitas mesin politik ini nampaknya pasangan Anis-Sandi lebih unggul dibanding Ahok-Jarot,” kata dia.

Selain itu, sambung dia, Faktor kekuatan lain yang cukup signifikan mempengaruhi kemenangan adalah financial capital (modal finansial).

“Berdasarkan faktor kekuatan ini, pasangan Ahok-Jarot lebih kuat dibanding pasangan Anis-Sandi. Ini jika Ahok-Jarot benar didukung penuh oleh konglomerasi yang memiliki modal tak terbatas untuk memenangkan pilkada,” ujarnya.

Alat ukur Ketiga yang bisa untuk memprediksi kemenangan adalah menganalisis seberapa fatal tindakan paslon dan timnya dihari-hari terakhir menjelang pencoblosan.

“Saya mencatat tindakan fatal yang merugikan paslon dan dapat secara signifikan memperparah penurunan elekabilitas ada pada tim atau relawan Ahok-Jarot. Pada hari pertama hari tenang (16 April) panwas Jakarta Barat menangkap tangan tim atau relawan Ahok-Jarot yang bagi-bagi sembako dengan diselipi kertas berisi pesan-pesan politik yang mengarah kampanye,” terangnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid