Karyawan memotret pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (1/7). Pada perdagangan terakhir sebelum libur Lebaran IHSG ditutup melemah 0,90 persen atau 45,07 poin ke level 4.971,58, meski demikian IHSG sempat menguat ke level 5.039,69 sebagai imbas dari pemberlakuan kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/pras/16.

Jakarta, Aktual.com – Pengamat Ekonomi UI, Berly Martawardaya mengatakan kebijakan pemotongan anggaran oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati merupakan langkah realistis untuk mengantisipasi akibat buruk kegagalan pencapaian target penerimaan dari Tax Amnesty.

Dia mengklaim perhitungannya tidak berbeda jauh dari perhitungan Sri bahwa anggaran harus dipotong sekitar Rp 130 triliun dengan asumsi realistis Tax Amnesty sebesar Rp 50 triliun.

“Pemotongan dana belanja untuk antisipasi tidak tercapaiinya Tax Amnesty. Bu Sri Mulyani hitung-hitungannya jago. Dia sudah lihat pas masuk, seminggu menjabat dikeluarkan kebijakan itu, jadi tidak asal ngomong,” kata Berly. Senin (8/8).

Lebih lanjut Berly menambahkan; tindakan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan sudah tepat untuk mengkalkulasi anggaran dari perhitungan realisasi. Target Rp165 triliun dari Tax Amnesty dinilai terlalu ambisius dan membahayakan keuangan negara.

Namun dia meminta pemotongan pagu anggaran tersebut diimplementasikan dengan rapi dan selektif tanpa menghambat pos anggaran yang mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

“Jadi dia memilik target sekita Rp 50 triliun yang realistis utuk APBN bagi seorang Menkeu. Namun ini dipotong baru pagu umum, saya meminta pemotongan ini dilakukan dengan rapi. Cari efek yang kecil untuk pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi,” punglasnya.

Sebagaimana diketahui Menteri Keuangan melakukan perombakan anggaran sebesar Rp 133,8 triliun yang terdiri atas pengurangan belanja kementerian/lembaga Rp 65 triliun dan dana transfer ke daerah Rp 68,8 triliun. (Dadang Sah)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid