Jakarta, Aktual.co —Sikap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang ‘meledak-ledak’ dan cenderung menyalahkan pihak lain saat terjadinya banjir di Jakarta, disayangkan banyak pihak.
Salah satunya, disampaikan peneliti Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI), Firman Noor. Menurut dia, gaya komunikasi Ahok tidak layak untuk seorang pemimpin.
“Itu gaya komunikasi politik yang memang kurang tepat dalam posisi sebagai seorang gubernur,” kata Dosen FISIP Universitas Indonesia itu, saat dihubungi Aktual.co, Kamis (12/2).
Sebagai kepala daerah, ujar Firman, Ahok harusnya lebih banyak berbicara pemecahan masalah, ataupun mengajak masyarakat untuk saling membantu dan mengawasi, dan bukan malah ‘gemar’ menyalahkan orang lain.
“Lebih ke ‘problem solving’, mengajak, atau bisa langsung menjelaskan apa persoalan yang ada dan memberi opsi penyelesaian,” ujar dia.
Diakuinya, gaya komunikasi Ahok yang ‘meledak-ledak’ justru cocok dipakai Ahok saat masih menjabat Wakil Gubernur. Sebab yang dihadapi Ahok saat itu adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemprov DKI.
“Tidak mengherankan memang dia (Ahok) dulu diplot untuk membenahi masalah internal pemprov yang digambarkan banyak masalah,” bebernya.
Sedangkan saat sudah menjadi Gubernur DKI, menurut dia, persoalan yang ditemui Ahok tidak sesederhana itu lagi. Karena dia harus merangkul banyak pihak agar bisa bersama-sama menyelesaiakan permasalahan di Ibu Kota.
Sebelumnya, Ahok diketahui menuding ada upaya sabotase dan menyalahkan PLN atas banjir di Jakarta yang sampai menyentuh kawasan Istana Negara, Senin (9/2) lalu. Kata dia, air bisa sampai menggenangi Istana karena PLN melakukan pemadaman listrik di Waduk Pluit. Akibatnya, air di waduk itu meluber hingga sampai Istana.
Artikel ini ditulis oleh:

















