Jakarta, Aktual.com — Pengamat politik Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahuddin menilai peluang Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berduet dengan Djarot Saiful Hidayat sangat bergantung pada kompromi antara Ahok dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Jika kompromi kedua orang ini terwujud, menurutnya akan mempengaruhi peta politik dan jumlah kepesertaan calon dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak yang rencananya digelar Tahun 2017 mendatang.

Masalahnya, kompromi Ahok-Mega ini akan berjalan alot meski komunikasi keduanya sudah sering dilakukan. Ia mencatat ada tiga poin krusial yang belum menemukan titik temu satu sama lain.

“Pertama, terkait mekanisme pendaftaran. Ahok sebetulnya berharap sekali bisa didukung oleh PDIP. Tetapi karena dia menginginkan mekanisme pendaftarannya melalui jalur perseorangan, maka disitulah mentoknya,” terang Said dalam keterangan tertulisnya, Kamis (6/5).

Mega, kata dia, tidak mau mendukung Ahok untuk maju melalui jalur independen. Sementara PDIP senantiasa memegang teguh prinsip-prinsip perjuangan partai, partai ini tegas memisahkan antara jenis kelamin partai dan perseorangan.

Lebih dari itu, PDIP juga pemenang Pemilu Nasional, termasuk di DKI Jakarta. Dengan posisi politiknya itu, kecil kemungkinan Mega mau mengekor dengan sikap dua partai pendahulunya yakni NasDem dan Hanura yang telah memberikan dukungan terhadap pencalonan Ahok.

“Kedua, terkait hubungan politik antara Ahok dan PDIP. Ahok inginnya dia tidak harus bergabung menjadi anggota atau kader PDIP tetapi bagi Mega dan PDIP sangat jelas. Kalau anda mau didukung, tentu anda harus menjadi bagian dari kami,” jelas Said.

Terakhir terkait posisi wakil gubernur. Ahok tidak mau PDIP menentukan secara sepihak siapa cawagub dari internal PDIP yang akan diduetkan dengan dirinya. Ahok maunya dia tetap memberi masukan atau menawarkan cawagub. Ahok sendiri dalam suatu kesempatan menyebut kemungkinannya berduet dengan Djarot.

Jika mengenai mekanisme pendaftaran dan hubungan politik Ahok-PDIP sudah mendapatkan titik temu, lanjut dia, maka kompromi Ahok-Mega akan mencapai konsensus. Yakni Ahok-Djarot akan maju melalui mekanisme pendaftaran partai politik, bukan melalui perseorangan.

“Kalau Ahok-Djarot sampai maju melalui jalur parpol, maka PDIP-lah yang akan menjadi pemimpin koalisi dengan partai-partai lain seperti NasDem dan Hanura,” ucap dia.

Apabila kompromi Ahok-Mega berujung pada pencalonan Ahok-Djarot, maka kemungkinan hanya akan ada dua pasangan calon dalam Pilkada DKI. Satu pasangan lainnya adalah pasangan yang akan diusung oleh koalisi partai yang dipimpin oleh Gerindra.

Artikel ini ditulis oleh: