Bisa saja kondisi ekonomi riil cukup kuat namun mata uang berfluktuasi tinggi akibat pengembangan opini yang bertujuan menggoncang pasar keuangan.
Situasi ini pernah dialami Indonesia pada periode 1997-1998, yakni pasar keuangan Indonesia dimainkan para pelaku pasar keuangan internasional sebagai sanksi terhadap kondisi politik di negeri ini.
Walaupun nilai tukar tidak selalu menjadi cermin kondisi ekonomi riil, tetapi jika pelemahannya dibiarkan maka akan memengaruhi perekonomian riil dengan meningkatnya biaya impor. Bagi Indonesia yang memiliki impor yang relatif besar, maka hal ini perlu diwaspadai.
Untuk maksud tersebut, katanya, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya perlu melakukan kebijakan-kebijakan, seperti BI merealisasikan swap valas sebagai bentuk hedging terhadap utang pemerintah dan BUMN agar menjadi signal tentang berapa nilai tukar yang ingin dituju BI dalam jangka waktu tertentu dan memberikan kepastian bagi dunia usaha.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid