Jakarta, Aktual.com – Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menilai proyek Light Rapid Transit (LRT) dapat bernasib sama dengan pengadaan monorel yang sudah mangkrak. Pembangunan LRT yang awalnya diusung Adhi Karya dan konsorsium BUMN disetujui oleh Pemprov DKI untuk meneruskan proyek monorel sampai hari ini belum beres dan berpotensi mangkrak.
“Menurut saya, kalau tidak ditemukan financing scheme (skema keuangan) yang pas, ya tutup buku saja. Kalaupun jalan, LRT Jabodetabek akan terkena kanibalisasi KRL Jabodetabek,” ujar Agus dalam diskusi ‘Akankah LRT Bernasib Sama Dengan Monorail Yang Mangkrak’ di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Senin (27/2).
Ia menilai jumlah kendaraan pribadi tidak sebanding dengan jumlah angkutan umum dan jalan raya, yang ditambah dengan buruknya kebijakan tata ruang membuat publik kesulitan untuk bergerak dan gagalnya program keluarga berencana
“Permasalahan umum perkotaan karena ketidakharmonisan antara legislatif dan eksekutif serta tumbuh manusia yang tinggi. Hampir semua pemerintah daerah Indonesia berpikir sporadis dan populis demi posisi politik bukan demi kelancaran pergerakan manusia sehari-hari,” katanya.
Transportasi massal di Indonesia sendiri disebutnya mandul, karena kecenderungan koruptisasi pelayanan transportasi masal, sehingga konektivitas yang baik murah dan aman tidak terjadi. “Makin banyak rute dan jenis kendaraan umum, maka akan semakin banyak izin yang harus dikeluarkan. Tidak tegas pemerintah daerah dalam menerapkan UU No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dan turunnya membuat pergerakan manusia yang menjadi konsumen angkutan umum tidak bisa di fasilitas dengan baik,” ungkapnya.
Sumber dana dari APBN masih belum final diputuskan berapa jumlahnya, hanya saja dua triliun tersedia untuk digunakan tahun ini.
“Secara administrasi keuangan, sumber dana yang digunakan belum jelas. Kalaupun dengan APBN juga belum dianggarkan supaya LRT selesai sekitar juli 2018 saat terselenggara Asian Games 2018,” pungkasnya.
Laporan: Teuku Wildan
Artikel ini ditulis oleh: