Pengunjung melihat dari dekat maket Arandra Residence, Cempaka Putih Raya, Jakarta, Minggu (4/9).Arandra Residence berada di area seluas 27.333,2 meter persegi atau kurang lebih 2,7 hektare dengan 5 tower itu menerapkan konsep arsitektur modern yang di rancang oleh designer ternama,Pitergan. Pada tahap awal pengembang properti Gamaland langsung membangun tiga tower dan diharapkan penyerahan unit tahap pertama dilakukan pada tahun 2019.Proyek properti baru dikawasn strategis Jakarta Pusat itu menawarkan fasilitas menarik seperti balcony, semi private lift, retail area, kawasan parkir, taman ,Kids club,Gym dan sebagainya.

Yogyakarta, Aktual.com – Indonesia kini tengah dihadapkan pada tantangan bagaimana mengatur lahan yang kian sempit terutama di wilayah perkotaan berkenaan dengan pengakomodasian kebutuhan masyarakat di sektor properti.

Hal itu diutarakan Emmy Yuniarti Rusadi, Peneliti PBB bidang Pembangunan Berkelanjutan yang sekaligus seorang Urban Planner jebolan UGM Yogyakarta, lewat tulisannya seputar properti dan pemahamannya.

“Seperti apa properti yang diharapkan jadi penggerak pertumbuhan dan perkembangan sebenarnya?” kata Emmy.

Dalam konteks tata ruang, makna properti saat ini bagi Emmy telah bergeser jadi semacam peyorasi atau pemaknaan kearah yang lebih buruk dimana masyarakat membayangkan properti merupakan bagian dari bangunan dengan nilai investasi tinggi serta kesan yang mewah.

Padahal menurutnya, properti memiliki definisi sederhana yang terarah pada penyediaan bangunan atau hunian tertentu untuk tujuan tertentu.

“Apa yang salah? Kecenderungan eksploitasi lahan tanpa batas? Bisa jadi,” ujarnya. Kenyataan bahwa masih banyak masyarakat yang membutuhkan tempat tinggal dan belum tersentuh secara signifikan jadi korelasi tersendiri.

Alih-alih pertumbuhan ekonomi yang fantastis, Emmy khawatir properti yang dibangun malah tidak berimbang dan cenderung investatif atau hanya untuk keperluan jual beli semata. “Justru akan jadi boomerang pertumbuhan kota,” kata dia.

Meletusnya balon-balon kredit sektor properti pada beberapa tahun silam di penjuru Amerika, UK dan Asia kiranya jadi perhatian lebih agar mengembalikan sektor ini ke tujuan yang sesungguhnya. “Jadi, perlukah kita mendefinisikan ulang properti?” pungkas Emmy.

(Nelson Nafis)

Artikel ini ditulis oleh:

Nelson Nafis