Jakarta, Aktual.com — Keinginan Menteri Perhubungan RI Ignasius Jonan untuk mendiskusikan kembali pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, yang menempuh jarak sepanjang 142 Km dengan menelan biaya USD5,5 miliar, dinilai oleh pengamat transportasi sudah tepat.
Menurut Djoko Setijowarno, pembangunan kereta cepat tidak bisa dengan gaya “slonong boy”, pembangunan harus berdasarkan hasil studi yang rinci dan komperhensif agar tidak menyebabkan kerugian dari berbagai pihak.
“Harus cermat dalam hal tata ruang, amdal, kesiapan SDM, finansial dan sebagainya,” tulisnya melalui pesan elektronik kepada Aktual.com, Minggu (31/1).
Peryataan tersebut, sejalan dengan pendapat Aktivis Petisi 28, Haris Rusly yang pernah diberitakan sebelumnya, bahwa kebijakan tersebut sangat kontroversial, karena selain tidak menjadi kebutuhan mendesak, proyek tersebut juga tanpa melalui studi kelayakan dan masih bermasalah dari sisi Amdal.
Mengenai perbandingan pembangunan kereta cepat di Indonesia dengan jarak yang jauh lebih singkat, namun menelan dana yang jauh lebih mahal dari pada pembangunan kereta cepat di negara Iran, Djoko Setijowarno menjelaskan bahwasanya memang ada perbedaan skema pada kedua pembangunan tersebut.
“Skema di Iran beda dengan di Indonesia,” terangnya.
Sebagaimana yang diketahui, bahwa Iran juga sedang mengerjakan proyek kereta cepat Tehran-Isfahan sepanjang 400 km dengan nilai USD2,73 miliar, yang akan menempuh ibukota Tehran menuju kota Isfahan. Sementara Jakarta-Bandung dibangun hanya sepanjang 142 Km dengan biaya yang jauh lebih mahal yakni USD5,5 miliar.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Nebby