Jakarta, Aktual.co — Pengamat Anggaran Uchok Sky Khadafi mengatakan bahwa rencana PT Pertamina (Persero) meluncurkan BBM baru Pertalite RON 90 hanyalah akal-akalan perseroan untuk menutup kerugiannya.
“Isu Pertalite seperti tes ombak. Pertamina sekarang mengalami rugi sekitar USD212 juta atau Rp2,75 triliun,” kata Uchok kepada wartawan di Jakarta, Selasa (12/5).
Ia menegaskan agar Pertamina memaparkan konsep rinci terkait peluncuran Pertalite tersebut.
“Juga harus ada strategi jika kebijakan Pertalite dilemparkan ke publik. Bagaimana formulanya, bagaimana prosesblending-nya di kilang atau di tanki bahan bakar minyak Unit Pemasaran yang mana?” Jelasnya.
Selain itu, sambungnya, Pertamina juga hsrus menyertakan kajian mendalam bagaimana menjamin presentase kandungan Aromatic dan Benzene agar memenuhi batas aman lingkungan. “Yang penting berapa harga dan bagaimana prakiraan reaksi rakyat,” tutupnya.
Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) Ahmad Safrudin mengungkapkan bahwa tidak ada upaya lebih yang signifikan yang harus dilakukan Pertamina untuk memproduksi BBM jenis Pertalite RON 90. Bahkan dari segi biaya produksi pun dinilai tidak berbeda jauh dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi Premium RON 88.
“Pertalite RON 90, fakta tak ada penambahan usaha berarti untuk mengubah kualitas BBM,” katanya.
Ia menjelaskan, baik RON 88 dan RON 90 bukanlah produk yang ramah lingkungan dan tidak akan mendukung program Pemerintah terkait perbaikan lingkungan. Justru upaya tersebut dinilai sebagai langkah Perseroan untuk menutupi kerugian pada periode Januari dan Februari 2015 yang mencapai USD212 juta atau setara dengan Rp2,7 triliun.
Pasalnya, Pertalite dijual dengan harga yang lebih tinggi dari Premium, padahal dilihat dari segi kualitas atau kadar oktan hingga biaya produksi jelas menunjukan tidak ada upaya signifikan yang dilakukan Pertamina.
“Kalau Pertamina merugi di sektor tertentu, jangan dibebankan ke rakyat, ini tidak fair. Bisa saja (untuk tutupi kerugian), tapi sangat tidak fair kalau kesalahan manajemen yang menyebabkan kerugian lalu dibebankan ke masyarakat,” ungkapnya.

Artikel ini ditulis oleh: