Jakarta, Aktual.com – Beberapa hari lalu, beredar informasi yang merilis hasil survei dari salah satu lembaga yang bernama ARCI (Accurate Research and Consulting Indonesia). Dalam rilisnya, ARCI menyebut bahwa elektabilitas Eri Cahyadi (EC) dalam bursa Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya mampu mengungguli kandidat lain seperti Machfud Arifin (MA) dan Wisnu Shakti Buana (WS).
Namun, setelah ditelusuri, hal tersebut nyatanya jauh dari fakta di lapangan, mengingat opini publkik warga Surabaya yang tak menyukai sosok Eri Cahyadi. Selain itu, ARCI sendiri selaku pembuat hasil survei nyatanya ialah sebuah lembaga survei yang tak termasuk dalam 40 daftar lembaga survei yang terdaftar di KPU.
“Intinya begini saja ya, kalau rekam jejak dan orang-orang yang bikin riset enggak jelas, susah kita pedomanin,” ujar Pengamat Psikologi Politik Prof. Hamdi Muluk.
Lebih lanjut, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) itu menduga, bahwa ARCI telah dengan sengaja membuat hasil survei yang sudah diatur dengan sedemikian rupa, demi kepentingan tertentu. Yang mana tindakan ini amatlah disayangkan karena bisa membohongi publik.
“Saya menduga itu survei mungkin dibuat untuk dongkrak popularitas seseorang,” tambahnya.
Seperti diketahui bersama, ajang Pilwali Surabaya yang akan diselenggarakan pada Desember mendatang semakin mendekat. Segala cara pun dilakukan oleh kandidat, termasuk Eri Cahyadi yang menggunakan ARCI berusaha untuk mendongkrak elektabilitasnya.
“Yang jelas itu (ARCI) bukan anggota kita (Persepi Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia),” tutupnya.
Eri Cahyadi sendiri memang digadang-gadang akan meramaikan bursa Pilwali. ‘Anak emas’ Risma itu sendiri kini tengah mendapat sorotan tajam lantaran kinerjanya sebagai Ketua Gugas Penanganan Covid-19 Surabaya yang amburadul dan membuat Surabaya belum bisa lepas dari Zona Hitam.
Selain itu, Eri Cahyadi juga diduga telah memanfaatkan wabah Covid-19 dengan memanfaatkan dana anggaran penanganan Covid-19 untuk kepentingan kampanye pribadinya.
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin