Jakarta, Aktual.com — Proyek kereta cepat yang diresmikan pembangunanya oleh Presiden Joko Widodo pekan lalu disebut sebagai upay balas jasa kepada pengusaha yang mendukungnya dalam Pilpres 2014 lalu.
Demikian dikatakan oleh pengamat politik UIN Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago.
Sebab, mulanya presiden berfokus pada pembangunan di wilayah timur Indonesia dan sempat menolak kereta Jakarta-Bandung tersebut. Namun, tiba-tiba iya menyepakati usulan Menteri BUMN Rini Soemarno.
“Inilah dampak presiden yang dibiayai oleh cukong dan pengusaha. Walaupun sulit dibuktikan namun bisa dirasakan,” ujar Pangi di Jakarta, Rabu (27/1)
“Proyek yang kelihatan ngotot banget di belakangnya ada dugaan dikerjakan oleh tim sukses dan cukong pilpres kemarin. Ya semacam belas budi atau tanda jasa,” sambungnya.
Sementara, Pangi menyebut proyek Jakarta-Bandung sebagai proyek kejar tayang. Sebab, pihak pengembang Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) belum mengantongi ijin, baik ijin konsesi maupun ijin mendirikan bangunan dari Kementrian Perhubungan. Belakangan, ijin Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) pun belum diselesaikan.
“Semestinya pemerintah juga memperhatikan amdalnya. Jadi terkesan ini proyek kejar tayang. Nggak dipersiapkan dengan matang dan berdasarkan matematika ekonomi dan dampak politiknya,” tandasnya.
Artikel ini ditulis oleh: