“Ini yang akhirnya merugikan hastag #2019GantiPresiden, karena merubah dimensi idelogis,” timpal Direktur Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo ketika dihubungi.
Karena itu, imbuh Karyono, bila ada yang menyebut gerakan tersebut bagian makar, maka sah-sah saja, karena publik tahu didalamnya ada siapa saja. “Apalagi ada yang mau membawa-bawa soal khilafah. Ini yang justeru merusak,” katanya.
Dia melihat, hastag #2019GantiPresiden ini didisain secara sistematis dan terstruktur, untuk kepentingan pemilu 2019.
Sementara, Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada Wawan Masudi, mewanti-wanti, gerakan ini berpotensi melahirkan suatu kebencian terhadap kepala negara. Ia melihat, seakan-akan kelompok yang menggagas dan memobilisasi aksi ini tidak menunjukkan keberpihakan politik mereka secara terang-terangan.
“Ini kemudian bisa dengan mudah berbelok menjadi kebencian kepada kepala negara. Kalau itu terus menerus akan melahirkan situasi tidak baik,” tegasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid