Jakarta, aktual.com – Pengamat hukum Andi Muhummad Asrun, menyebut tuduhan Filipina yang menyebut pelaku bom bunuh diri di Pulau Jolo adalah pasangan suami istri warga negara Indonesia masih terlalu dini atau “prematur”.
“Harus melalui tahap-tahap dan proses identifikasi selesai, baru ke tuduhan,” kata Asrun saat dihubungi melalui teleponnya di Jakarta, Sabtu (2/2).
Namun dia juga menyebut bahwa kejahatan terorisme adalah kejahatan transnegara dengan pelaku antarnegara pula, karena itu tidak mengherankan jika ada pelaku pemboman di Filipina dari Indonesia.
“Lebih dari itu, telah lama terjalin hubungan antara aktivis terorisme antara Indonesia dengan Filipina terutama dari Selatan,” kata Asrun.
Untuk itu, dia berharap pihak Polri mematikan sel-sel teroris yang ada di Indonesia sehingga tidak terjadi teror bom, baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang melibatkan warga negara Indonesia.
Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano, Jumat (1/2) mengklaim bahwa pengeboman mematikan di Filipina Selatan pada Minggu (27/1) lalu adalah bom bunuh diri yang dilakukan pasangan suami-istri Indonesia, dengan bantuan dari kelompok IS.
Mengutip informasi yang didapat dari saksi mata dan sumber-sumber yang tidak diungkapkan, Menteri Ano mengatakan bahwa dia yakin bahwa seorang pria Indonesia dan istrinya berada di balik serangan Minggu di pulau Jolo yang mayoritas penduduknya Muslim, dan menewaskan 22 orang serta melukai lebih dari 100 orang lainnya termasuk warga sipil dan tentara.
Kelompok IS mengaku bertanggung jawab atas kejadian yang disebut sebagai bom bunuh diri. Serangan semacam itu hampir tidak pernah terdengar di Filipina, demikian Reuters melaporkan.
“Mereka orang Indonesia,” kata Ano, mantan kepala militer kepada CNN Filipina. Atas tudingan ini, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi masih menunggu hasil identifikasi pelaku bom bunuh diri gereja di Jolo, Filipina Selatan.
“Kita mendengar adanya kabar bahwa pelakunya warga Indonesia, dari kemarin saya sudah berkomunikasi dengan otoritas Filipina namun sampai pagi ini belum terkonfirmasi hasil identifikasinya,” kata Menlu Retno di Padang, Sabtu, pada acara Diplomacy Festival, di Universitas Andalas.
Menurut dia, dari hasil komunikasi yang dilakukan hingga saat ini proses investigasi dan identifikasi masih berlangsung.
“Hari ini saya masih akan terus melanjutkan komunikasi dengan otoritas Filipina untuk memastikannya,” ujar dia.
Retno menyatakan hingga saat ini informasi yang menyebut pelaku adalah WNI masih bersifat dugaan.
“Jika betul WNI, itu yang akan kami pastikan,” katanya.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin