“Jadi bagi saya, terbangunnya komunikasi politik antarelit PDIP dan Demokrat di tingkat pusat justru akan mencairkan kebekuan yang selama ini terjadi,” katanya menjelaskan.

“Agak sulit terjadi kompromi PDIP-Demokrat di Pilgub NTT, karena pertama tahapan pilkada telah berjalan di mana antara PDIP dan Demokrat, memilih jalan sendiri-sendiri dan saling berhadap-hadapan untuk merebut kursi gubernur,” katanya.

Alasan kedua adalah, posisi Demokrat terhadap pemerintahan Jokowi masih sangat abu-abu, sehingga kemenangan Demokrat di NTT, misalnya tidak memberi pengaruh singnifikan terhadap Jokowi pada Pilpres mendatang.

Alasan ketika adalah antara kepentingan Pilkada dan Pilpres adalah dua hal yang berbeda, apalagi antara PDIP dan Demokrat masih sebatas komunikasi politik dan belum sampai pada sikap politik yang saling mendukung.

Ketua DPD PDIP Frans Lebu Raya secara terpisah mengatakan, komunikasi antarelit partai di tingkat pusat tidak akan berpengaruh terhadap Pilgub NTT.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid