“Grab yang berasal dari luar, justru memang terlihat lebih berjarak dengan mitra-mitranya,” ujar dia.

Perbedaan mencolok bisa dilihat dari Grab yang menjalankan bisnis seperti tanpa kompromi terhadap mitra pengemudinya. Hubungan yang terjalin justru berjalan tidak seperti kemitraan, bahkan malah terkesan terlalu kaku dalam operasionalnya.

“Termasuk soal teknis pembagian dan penarifan. Grab seperti kurang klik dengan para mitranya,” kata Rumayya.

Bagi Rumayya, kompetisi dalam ekonomi bukan hal tabu, karena bisa mendorong harga menjadi lebih ekonomis. Hanya, kompetisi bisa menjadi berbahaya jika pemainnya tinggal sedikit.

“Nah, di bisnis transportasi daring ini pemain besarnya tinggal dua perusahaan,” ujarnya.

Akibatnya, salah satu pemainnya berusaha menguasai pasar dengan cara banyak bakar uang demi memukul lawan. Akhirnya, tegasnya, perang tarif tak terelakkan, akibat salah satu pemainnya membanjiri pasar dengan banyak promo dan menerapkan tarif sangat rendah.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid