Menteri BUMN Erick Thohir.
Menteri BUMN Erick Thohir.

Jakarta, Aktual.com – PT Pertamina (Persero) telah melaporkan bahwa bahwa pada semester I 2020 mengalami rugi bersih sebesar Rp11,13 triliun. Meski pada Juli 2020, kinerja perseroan mulai membaik seiring dengan sudah mulai banyaknya aktifitas perkantoran, industri dan transportasi di tengah pandemi.

Menanggapi hal itu kemudian Menteri BUMN, Erick Thohir, menyatakan bahwa nilai kerugian Pertamina lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan minyak dan gas (migas) multinasional. Mendengar itu, Direktur Eksekutif 98 Institute, Heriyono Nayottama menyayangkan respon dari Erick tersebut. Baginya pernyataan sang Menteri dianggap sebagai upaya menangkis berbagai kritik dari publik atas kinerja perseroan

“Kalau pengusaha jadi menteri pasti begini, alasan mengelesnya banyak. Ini sungguh menyesatkan, rugi hanya Rp11,13 triliun malah bangga. Ingat, seberapa pun kerugian yang dialami BUMN tetap rakyat yang menanggung kerugian itu,” kata Heriyono di Jakarta, Minggu (30/8).

Penjelasan Heriyono, membandingkan kerugian Pertamina dengan perusahaan seperti Exxon, Chevron, Shell, dan BP, adalah sebuah jurus mengeles gaya pengusaha. Ditegaskannya bahwa mayoritas dari perusahaan migas multinasional yang juga mengalami kerugian tersebut adalah perusahaan swasta, beda dengan Pertamina yang BUMN.

“Kenapa Erick tidak membandingkan Pertamina dengan Saudi Aramco, Kuwait Petroleum Company, dan perusahaan milik negara yang semua masih untung. Apakah ini juga jurus mengeles dia untuk melindungi komisaris dan direksi yang dia pilih ternyata tidak mumpuni,” jelas dia.

Heriyono menegaskan, semestinya Erick memecat komisaris dan direksi BUMN kalau ternyata merugikan negara dalam mengelola BUMN lalu mencari komisaris dan direksi yang bisa bikin untung.

“Erick seharusnya segera copot Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dari kursi komut dan Nicke Widyawati dari kursi dirut. Atau dugaan bahwa mereka adalah ‘orang titipan’ adalah benar, jadi tidak peduli soal kinerja,” tegas dia.

Pendapat Heriyono, Presiden Jokowi harus waspada karena saat ini di sekitarnya para oligarki sedang akan berupaya melakukan pencitraan menjelang tahun politik 2024.

“Fakta sudah terlihat jelas, kalau kita jujur menilainya, orang seperti Erick Thohir, Ahok, dan Nicke secara kinerja mengelola BUMN tidak terbukti kemampuannya,” ucap dia.

Heriyono menegaskan, langkah pertama yang bisa dilakukan Presiden Joko Widodo adalah memecat Erick Thohir dan mengganti dengan figur yang benar mumpuni dalam mengelola BUMN.

Kemudian, lanjut dia, mencopot Ahok dan Nicke dari kursi Komisaris Utama dan Direktur Utama Pertamina.

“Negara harus mencari komisaris dan direksi yang bisa bikin untung Pertamina,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Warto'i