Makassar, Aktual.com – Teror bom molotov di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, yang saat ini masih dalam proses tahapan penyelidikan pihak berwenang, mengundang perhatian serius dari berbagai pihak.
Meski aparat kepolisian belum menyimpulkan motif teror bom tersebut apakah terkait dengan kisruh Pilkada di kabupaten Gowa atau tidak, namun beberapa pihak menilai teror tersebut berimplikasi pada proses demokrasi yang sedang berlangsung.
Pengamat politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Aswar Hasan mengungkapkan, teror bom molotov di Kabupaten Gowa dalam suasana kisruh hasil suara versi hitung cepat merupakan ancaman demokrasi pemilu.
“Siapapun dan apapun motifnya, tentu tidak bisa dibenarkan, karena merupakan bentuk teror demokrasi,” ungkap Aswar kepada Aktual.com, Rabu (16/12).
Menurut Dosen Komunikasi Politik ini, aparat harus segera mengusut tuntas teror tersebut. “Ini cepat harus diusut demi terciptanya kepercayaan dan keamanan dalam cuaca demokrasi kita,” tuturnya.
Namun demikian, lanjut Aswar, kejadian tersebut mestinya juga menjadi bahan introspeksi bagi para pemangku kepentingan dan penyelenggara pemilu.
“Penyelenggara pemilu juga harus introspeksi diri dan mengevaluasi penyelenggaraan yang selama ini boleh jadi menjadi penyebab terjadinya ketidakpuasan,” bebernya.
Apalagi, tambah Aswar, netralitas penyelenggara dan pemerintah dengan prinsip profesionalisme harus dikedepankan. “Sehingga tidak ada alasan dari siapapun untuk menunjukkan kekecewaannya atas penyelenggaraan pemilu,” bebernya.
Diketahui sebelumnya, pada Selasa (15/12) kemarin, terjadi pelemparan bom molotov, tepatnya di kantor Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan oleh sekelompok orang tidak dikenal.
Artikel ini ditulis oleh: