Bahkan, menurutnya, para calon TKI itu tidak pernah berpikir apakah pekerjaan yang bakal diperoleh itu akan mencukupi atau tidak, itu di luar perhitungan.

“Dalam pikiran mereka hanya ingin mendapatkan pekerjaan agar tidak duduk diam di rumah. Artinya bahwa ini karena masalah ekonomi,” ujarnya lagi.

Menurut dia, para calon TKI justru pragmatis saja, sehingga berbagai pelanggaran, antara lain hukum (HAM) dan hidup bermartabat memang berada di luar dugaan para pekerja itu.

Dalam beberapa kasus saat diamankan oleh petugas, para calon TKI yang kebanyakan adalah kaum wanita sama sekali tidak mengetahui pekerjaan apa yang akan diperoleh saat hendak dikirimkan ke luar negeri.

Bahkan bahasa Indonesia yang menjadi bahasa harian masyarakat Indonesia saja sulit untuk diucapkan oleh para calon pekerja itu. Lebih lanjut Pater Gregorius juga menambahkan para perekrut jika memang itu resmi hendaknya tahu hal itu, dan menjelaskannya secara transparan kepada para calon TKI.

“Sejauh ini saya nilai perekrut tidak pernah membicarakan hal tersebut kepada calon TKI kita,” katanya pula.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid