Surabaya, Aktual.com — Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Jawa Timur, Soekardo mengatakan, jumlah pengangguran tercatat 840 ribu dan akan bertambah menjadi lebih dari 1 juta orang, seiring dengan masa kelulusan tahun ini.
“Seiring dengan lulusan SMA-SMK yang mencapai 400 ribu, 40 persennya itu tidak melanjutkan kuliah karena faktor ekonomi. Maka dari itu, salah satu langkah yang sudah ditempuh adalah menyelenggarakan job fair yang bekerjasama dengan perusahaan,” kata Soekardo, Sabtu (28/5).
Job fair, lanjutnya, memang bisa menyerap sebagian pengangguran. Tetapi langkah lain adalah memetakan lulusan yang menganggur untuk dibekali keahlian selama 24 jam.
“Dengan pelatihan itu nantinya mereka akan diberikan ke perusahaan, agar tidak diisi oleh tenaga asing,” lanjutnya.
Namun, kata Soekardo, sejauh ini balai latihan kerja masih terkendala alat untuk keahliaan agar bisa mendapatkan sertifikasi bagi mereka yang mendapatkan pelatihan.
Sementara, wakil ketua Apindo Jatim, Anton Subagio, mengakui setiap tahun perusahaan memang membutuhkan tenaga baru dari lulusan SMK atau SMA sederajat. Tetapi, lulusan yang sudah sertifikasi selama ini tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Seharusnya, sebelum lulus pihak pemerintah, khususnya di bidang pendidikan, bekerjasama dengan perusahaan terkait sertifikasi apa yang dibutuhkan perusahaan yang akan dituju. Hal ini agar kemampuan siswa lulusan bisa sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
“Nah selama ini itu tidak pernah ada. Padahal lulusan yang sudah sertifikasi ketika ditempatkan di perusahaan, itu ilmunya nggak kepakai lagi. Mulai dari nol. Sebab, ilmunya berbeda dengan tenaga yang kita butuhkan,” terang Anton.
Anton mengatakan, kedepan sebelum siswa lulus dan masih tahap proses menuju sertifikasi, seharusnya siswa melakukan magang pada tempat perusahaan yang akan dituju. Hal ini agar setelah lulus sertifikasi siswa yang bersangkutan bisa langsung diterima karena sudah memenuhi unsur tenaga yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Artikel ini ditulis oleh: