Yogyakarta, Aktual.com – Forum Jogja Darurat Agraria mengajak untuk solidaritas atas nasib warga terdampak penggusuran untuk restorasi gumuk pasir oleh Pemprov DIY di area pantai Parangkusumo, Desa Parangtritis, Kretek, Bantul, Rabu (14/12) lalu.

“Sampai saat ini (sore menjelang malam), 11 keluarga masih tinggal di bekas rumah mereka dengan beralaskan tenda, 1 keluarga mengontrak karena dia memikirkan anak-anaknya,” ujar Heronimus Heron dari Jogja Darurat Agraria (JDA), Jumat (16/12).

Sebelumnya menurut Heron, dari 52 jiwa (12 KK) yang bertahan di tenda-tenda darurat pasca penggusuran terdapat 3 orang balita serta 15 orang anak-anak di bawah usia 18 tahun, termasuk pula lansia sebanyak 34 orang.

Adapun bentuk solidaritas yang diharapkan berupa bantuan tenda atau terpal, alas tidur, selimut, beras, minyak goreng, telur, gula, garam, teh, kopi, makanan bayi, pembalut wanita, buah dan sayur, P3K, alat mandi, pakaian, pengusir nyamuk serta lampu darurat.

JDA juga membuka saluran donasi melalui Bank Rakyat Indonesia atas nama Heronimus Heron (nomor rekening: 6372 01 005487 533) atau telepon: 085748450915.

Pihaknya berkomitmen akan mengalokasikan seluruh bantuan yang diterima untuk kelanjutan hidup warga terdampak penggusuran sampai kemudian memperoleh haknya atas relokasi.

“Kami sangat membutuhkan bantuan solidaritas untuk didistribusikan ke masing-masing tenda, mohon berkoordinasi dengan narahubung jika hendak menyumbang, secara berkala ajakan ini akan terus diperbarui,” tambahnya.

Kembali ditegaskan, para korban gusuran kata Heron adalah warga miskin yang tak mampu hidup di kota, sehingga menempati lahan yang dibeli murah lalu membangun rumah permanen dan semi permanen di atas tanah berpasir tersebut.

Kendala utama dalam lingkungan tersebut menurutnya ialah ketimpangan sosial, antara penduduk yang membuka usaha hiburan malam dengan penduduk miskin yang membuka lapak usaha seadanya maupun yang bertani. Kondisi kian diperparah dengan adanya klaim tanah Kasultanan (SG) untuk skema pariwisata alam.[Nelson Nafis]

Artikel ini ditulis oleh:

Nelson Nafis
Andy Abdul Hamid