Jakarta, Aktual.com – “Si Jago merah” ternyata agaknya masih menjadi salah satu penyebab penghilang nyawa warga di Ibu Kota pada 2021 ini.
Kebakaran di kawasan padat penduduk di Jakarta nyatanya bukan barang baru lagi.
Ia begitu cepat merambat, hingga menghabisi setiap benda yang ada. Hanya ada satu cara digunakan saat api mulai datang, yakni memadamkan api.
Memasuki akhir 2021, setidaknya ada dua peristiwa yang cukup menarik perhatian publik Ibu Kota.
Pertama, sekira pukul 04.40 WIB, nasib naas menimpa satu keluarga di Tambora, Jakarta Barat.
Cepatnya api menjalar membuat mereka tidak punya waktu menyelamatkan diri, lima orang dinyatakan meninggal dunia pada peristiwa itu.
Tak dapat dimungkiri, padatnya bangunan di permukiman, jadi salah satu faktor pemicu kebakaran. Wilayah dengan padat penduduk dan tidak teraturnya bentuk bangunan di kawasan, utamanya juga semakin memperparah penjalaran api.
Tidak hanya itu, sempitnya akses transportasi roda empat di permukiman padat penduduk juga kian mempersulit proses penanganan dan petugas pemadam kebakaran.
Menyasar Perkantoran
Sebelum peristiwa di Tambora, Jakarta Barat, sepekan sebelumnya, Kamis, (2/12) Gedung Cyber 1 Mampang, Prapatan, Jakarta Selatan menjadi sasaran lalapan si “jago merah”.
Kendati hanya berlangsung dalam waktu 30 menit lebih, namun ia berhasil menewaskan dua orang waktu itu.
Dua korban meninggal tersebut, diduga akibat terlalu banyak menghirup asap di dalam gedung.
Peristiwa ini bermula dari munculnya percikan api di dalam ruangan server lantai dua Gedung Cyber sekitar pukul 12.00 WIB.
Percikan api itu menimbulkan kepulan asap sehingga membuat panik karyawan yang ada di dalam gedung. Petugas datang ke lokasi sekitar pukul 12.41 WIB dan langsung melakukan pemadaman di lantai dua.
Petugas mengevakuasi tiga korban yang terjebak di lantai dua gedung. Satu korban berinisial SF meninggal di tempat, sedangkan korban inisial MRK sempat tidak sadarkan diri.
Namun saat dilakukan perawatan di rumah sakit, nyawa MRK sudah tidak tertolong.
Satu korban lagi dinyatakan selamat setelah mendapat perawatan medis.
Peristiwa itu pun cukup menarik perhatian warga, terutama karena nilai strategis keberadaan Gedung Cyber 1 tersebut.
Gedung cyber 1 adalah salah satu tempat sejumlah perusahaan teknologi informasi serta pusat penyimpanan data berbagai perusahaan sehingga peristiwa itu mengakibatkan gangguan selama kurang lebih empat jam sejak peristiwa.
Perusahaan itu antara lain pialang saham, PT Ajaib Sekuritas Asia dan PT IndoPremier Online Tecnology (IPOT). Aplikasi pembayaran digital, M-TIX CInemaXXI, Shopee dan Shopeepay dan Bank Neo Commerce.
Layanan Hosting, Niagarahoster dan Rumahweb Indonesia, Portalgim, Megaxus Infotech, Ragnarok Online, provider internet dan PT Inet Global Indo.
Tak luput juga, Kantor Berita Antara juga terkena dampak oleh peristiwa itu.
Layanan pemerintah pun tak luput dari peristiwa yang hanya berlangsung dalam beberapa puluh menit itu, misalnya, terganggunya layanan identifikasi IMEI melalui Central Equipment Identity Register dan layanan 112 Jakarta Siaga.
Musibah tersebut adalah contoh klasik kebakaran Jakarta.
Si Jago merah tak butuh waktu lama untuk melalap habis seisi rumah, termasuk penghuninya, hingga menimbulkan dampak yang lebih luas di tengah masyarakat.
Keselamatan nyawa
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan peristiwa ini menjadi penanda bahwa kawasan perkantoran bisa jadi membawa musibah yang lebih luas.
Ia tak menampik bahwa kebakaran di Ibu Kota di kawasan penduduk masih jadi pekerjaan rumah bersama.
Apalagi, dari rentetan peristiwa yang terjadi sepanjang 2021, salah satu penyebab klasik adalah korsleting listrik.
Karenanya, imbauan untuk mewaspadai potensi kebakaran akibat korsleting listrik pun semakin dimasifkan guna menghindari korban jiwa apabila hal itu terjadi.
Selain mewaspadai korsleting listrik, Riza juga menekankan warganya untuk memperhatikan kondisi kompor gas yang turut menjadi salah satu pemicu kebakaran di kawasan padat penduduk.
Di lain sisi, Riza juga juga menyoroti Gedung Cyber yang tidak memiliki jendela di gedung lantai dua itu hingga menyebabkan asap semakin tertahan hingga menyebabkan korban meninggal dunia di tempat.
Karena itu, saat peristiwa terjadi mengakibatkan kepulan asap tidak bisa keluar saat ruang server di lantai dua terbakar.
Tidak ada jendela, tertutup semua sehingga asapnya yang tidak bisa keluar dengan cepat sehingga menimbulkan asap yang luar biasa mengumpul.
Kondisi tersebut membuat beberapa karyawan di dalam sempat terjebak hingga akhirnya menimbulkan korban jiwa.
Karenanya, Riza beserta jajaran Pemprov DKI berjanji mengevaluasi terkait kelayakan fasilitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk mengantisipasi korban jiwa saat terjadi musibah atau kebakaran.
Hasil evaluasi tersebut diharapkan bisa menjadi pembelajaran kepada seluruh pengelola gedung di DKI agar menyediakan fasilitas keselamatan yang layak.
Pos Damkar
Evaluasi nyatanya tak boleh hanya berkutat pada gedung perkantoran saja, tetapi juga bagaimana kondisi di permukiman padat?
Persoalan ketersediaan pos pemadam kebakaran di setiap sudut kampung di Ibu Kota tampaknya perlu juga ditata.
Peraturan Daerah DKI Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran, mengamanatkan setiap kelurahan harus memiliki pos pemadam, sementara di tingkat kecamatan terdapat kantor sektor pemadam kebakaran.
Namun, dari 267 kelurahan, setidaknya masih terdapat seratus lebih kelurahan yang belum memiliki pos pemadam kebakaran. Lalu, puluhan kantor kecamatan pun belum memiliki kantor sektor pemadam.
Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta William Aditya Sarana turut menyoroti rentetan kekurangan itu.
Menurut dia, setidaknya Jakarta masih kekurangan 148 pos pemadam kelurahan, 27 di antaranya merupakan rawan kebakaran.
Jakarta Selatan dan Jakarta Timur harus mengalami kondisi paling buruk, karena setiap pos pemadam harus menanggung sekitar dua kelurahan.
Hal ini mesti menjadi perhatian pemerintah provinsi DKI Jakarta, bagaimana menghadirkan layanan terpadu guna menekan laju si jago merah di rentetan rumah.
Kebakaran Gedung Cyber Mampang pun disebut William harus menjadi momen evaluasi prioritas penanganan kebakaran di DKI Jakarta sehingga sesegera mungkin memetakan dan mengadakan pembangunan pos pemadam.
Rekomendasi
Tidak hanya pos pemadam kebakaran, utamanya usai kebakaran, kepolisian selalu dilibatkan dalam proses penyelidikan penyebab peristiwa itu terjadi.
Kepolisian tentu memiliki kewenangan untuk itu, mencari fakta, menganalisis, hingga menentukan penyebab utama, bahkan termasuk juga apabila ada dugaan kelalaian dan unsur pidana dalam peristiwa itu.
Misalnya saja, Gedung Cyber yang menewaskan dua orang itu. Hasil pemeriksaan saksi-saksi sebagai bahan penyelidikan pada peristiwa itu tak boleh hanya berhenti di tangan penyidik.
Namun, dia juga harus sampai di tangan pengelola, karyawan, hingga pemerintah sehingga langkah preventif dan antisipatif dapat dilakukan.
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta mencatat sepanjang Januari-Oktober 2021 sebanyak 1.224 kasus kebakaran.
Artinya sebanyak itu pula rekomendasi minimal untuk tidak mengulangi peristiwa serupa.
Tak mudah memang mengatasi kebakaran di Ibu Kota. Pada 2022 penambahan pos damkar, penyediaan APAR, hidran kering di wilayah, edukasi dan sosialisasi serta kegiatan pemantauan instalasi listrik permukiman mutlak dilakukan.
Hal itu semata-mata untuk menekan ribuan peristiwa kebakaran di Jakarta.
Tingkat kasus kebakaran di Jakarta harus ditekan, bahkan dicegah agar tidak lagi terjadi korban jiwa maupun harta yang merugikan Ibu Kota Indonesia ini.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Dede Eka Nurdiansyah