Jakarta, Aktual.com — Paham radikal dan terorisme dapat diantisipasi penyebarannya melalui penguatan pemahaman generasi muda terkait bahaya yang diakibatkan oleh paham tersebut.

“Pelaku paham radikal dan terorisme selalu menjadikan generasi muda sebagai sasaran untuk ditarik sebagai anggota, kemudian dikorbankan. Menurut sejumlah penelitian, usia yang dinilai rentan untuk direkrut adalah 17 sampai 27 tahun,” kata Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Kewaspadaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Andi Intang Dulung, di Padang, Minggu (22/5).

Ia mengatakan, generasi muda pada usia tersebut memang relatif masih rentan, karena masih dalam proses mencari jati diri. Hal itulah yang dimanfaatkan pelaku paham radikal dan teroris untuk merekrut mereka.

“Karena itu, kita bersama harus membentengi generasi muda ini dengan pemahaman yang betul tentang radikalisme dan terorisme agar mereka tidak terpedaya. Jangan sampai mereka nanti menganggap tindakan mencuri harta orang tua adalah halal untuk pergerakan radikal. Jangan nanti mereka sampai berpendapat merampok harta orang lain adalah halal untuk mencapai tujuan mereka,” ingatnya.

Namun menurutnya, upaya untuk membentengi generasi muda itu tidak bisa hanya dilakukan oleh BNPT saja. Meskipun banyak program dan kegiatan yang telah digagas, tetapi itu hanya merupakan tambahan pemahaman bagi generasi muda dan pihak terkait.

“Yang utama adalah ketahanan keluarga. Pendidikan dan pemahaman itu harus dimulai dari keluarga kemudian baru ditambah dengan pengetahuan lain seperti sosialisasi yang dilakukan pemerintah,” katanya.

Ia berpendapat, jika ketahanan keluarga tidak ada, maka generasi muda yang rentan untuk bergabung dengan gerakan berbasis paham radikal akan terus ada. Selain itu, peran perempuan menurutnya juga sangat mutlak diperlukan.

“Meskipun sebagai seorang pekerja, tetapi wanita cenderung lebih memiliki waktu untuk mendidik anak. Karena itu, peran wanita yang membentengi anaknya dari paham radikal juga sangat dibutuhkan,” katanya.

Senada, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatera Barat, Prof. Saifullah menilai potensi remaja untuk bisa meredam berkembangnya paham radikalisme sangat besar.

“Karena itu, kita upayakan memperkuat pemahaman mereka terkait bahaya paham radikal dengan cara yang dekat dengan keseharian remaja, diantaranya dengan memanfaatkan media film atau dunia teknologi informasi yang amat dekat dengan anak muda,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara