Jakarta, Aktual.com – Pengamat ekonomi Yanuar Rizky menyampaikan pengunduran diri Joao Angelo De Sousa Mota sebagai Direktur Utama PT Agrinas Pangan Nusantara (Persero) membuka problem utama Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
Menurut Yanuar, sebagai super holding BUMN, problem utama Danantara adalah belum menjadikan agenda transformasi pertanian sebagai target prioritas.
“Ini soal mendasar, kalau di bisnis goal setting-nya gak ada ke soalan transformasi pertanian sebagai struktural reform ekonomi Indonesia,” papar Yanuar dalam keterangannya di halaman media sosial pribadinya, Jakarta, Senin (11/8).
Baca juga:
SOROTAN: Agrinas, Pangan Nol-Anggaran Nol-Dukungan Nol
Yanuar menyatakan, ekonomi Indonesia masih berkutat di proyek strategis nasonal (PSN), hilirisasi sumber daya alam (SDA), dan konsesi negara yang diberikan ke oligarki. “Kenyataannya itulah yang dilayani Danantara. Pengunduran diri ini, harus dilihat ke sisi itu,” ucapnya.
Selain, katanya, persoalan reformasi dan eco system pertanian di Indonesia masih tumpang tindih. Saat ini, ada beberapa BUMN yang memiliki lini bisnis korporasi pertanian pangan. Problemnya selalu sama, membuat BUMN pangan baru, karena yang sudah ada tidak jalan, dan bawa beban masa lalu (korupsi).
Sebut saja, di era Jokowi membentuk anak perusahaan baru di holding pupuk, namanya PT PI Pangan, yang berjalan lambat karena memang ada juga BUMN sejenis sebelumnya, seperti Sang Hyang Sri.
Baca juga:
“Lalu, di era Jokowi ke-2, ada holding BUMN Pangan. Di era Prabowo, bukan diusulkan yang sudah ada tapi BUMN karya yang sudah hancur dialihkan bisnisnya, inilah Agrinas Pangan,” papar Yanuar.
Sehingga, ucap Yanuar, tidak ada streamline (alur kerja yang lebih efisien dan efektif) untuk melakukan rekayasa ulang proses bisnis (business process reengenering) dari yang sudah ada.
“Jadi terkesan bertele-tele, ya karena memang gak niat untuk melakukan transaksi antara kelas pemodal dengan kelas petani. Apa coba kebijakan transformasi pertanian yang digariskan, selain glorifikasi petani gurem dengan isu serakahnomics?” ungkap Yanuar.
Baca juga:
Baru Enam Bulan Menjabat, Dirut Agrinas Joao Angelo Mundur: Minta Maaf ke Rakyat dan Presiden
Direktur Utama Joao Angelo De Sousa Mota resmi mengundurkan diri pada Senin (11/8/2025), tepat enam bulan setelah dipercaya memimpin perusahaan yang dibentuk untuk mewujudkan visi kedaulatan pangan Presiden Prabowo Subianto.
Dalam jumpa pers yang disiarkan langsung, Joao mengungkap telah mengirimkan surat pengunduran diri ke super holding Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) pada hari yang sama. Alasannya tegas: tidak ada dukungan maksimal dari para pemangku kepentingan, termasuk soal anggaran yang hingga kini masih nol rupiah.
“Hari ini tepat enam bulan saya menjabat, namun kami belum dapat memberikan kontribusi nyata bagi ekonomi negara maupun kesejahteraan petani. Perkenankan saya menyampaikan pengunduran diri, sekaligus meminta maaf kepada masyarakat, petani, dan Presiden Prabowo yang telah memberikan kepercayaan,” kata Joao dengan suara bergetar sambil membungkuk.
Joao membeberkan, niat Presiden Prabowo untuk menggerakkan kedaulatan pangan tidak diimbangi dukungan nyata di lapangan. Bahkan, proyek-proyek yang direncanakan Agrinas tertahan akibat birokrasi Danantara yang dinilai berbelit dan tidak berorientasi bisnis.
Menurutnya, Danantara yang seharusnya mempercepat proses justru menambah hambatan. Salah satu contoh adalah permintaan feasibility study (FS) yang dilakukan berulang kali. “Kami sudah menyerahkan FS ketiga bahkan keempat kalinya, namun tetap diminta lagi, tanpa kejelasan persetujuan,” tegasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eroby Jawi Fahmi

















