Hong Kong, aktual.com – Para pengunjuk rasa anti-pemerintah yang berada di sebuah universitas Hong Kong mencari jalan keluar setelah lebih dua hari bentrokan dengan polisi, yang ditandai dengan antara lain penangkapan lebih 1.000 orang dalam waktu 24 jam.

Sekitar 100 pemrotes terperangkap di Universitas Politeknik sehari setelah para mahasiswa, sebagian kelelahan dan takut akan penyerbuan kampus itu oleh polisi, berusaha meloloskan diri.

Polisi memukuli bagian belakang sejumlah mahasiswa dan menembakkan peluru-peluru karet, gas air mata dan menyemprotkan air ke arah mahasiswa.

Sebanyak 235 orang yang luka-luka dibawa ke rumah sakit pada Selasa (19/11), kata pengelola rumah sakit, dikutip Reuters, Rabu (20/11).

“Saya ingin pergi, saya merasa sangat lelah,” ujar Thomas, 20 tahu, mahasiswa di univeristas lain yang sudah berada di kampus itu sejak pengepungan dimulai. “Saya tidak melempar molotov. Saya disini dukung protes.”

Dia kemudian berjalan pelan, bersama dengan 10 mahasiswa lainnya, ke arah polisi, yang menggeledah dan menangkapnya. Ia memiliki menyimpan nomor-nomor telepon pengacara yang ditulis di bagian tangan kanannya.

Pada malam hari, sekelompok kecil mahasiswa berusaha lari melalui gerbang utama kampus itu. Sebagian besar, jika tidak semua, kembali ke dalam kampus ketika polisi berteriak ke arah mereka dan mengarahkan lampu senter mereka daripada melepaskan tembakan.

Polisi mengatakan hampir 800 orang sudah meninggalkan kampus itu dengan damai pukul 23.00 waktu setempat dan akan diperiksa, termasuk hampir 300 mahasiswa yang berumur di bawah 18 tahun. Sekitar 20 orang sukarelawan yang memberikan bantuan medis juga sudah pergi.

Sekitar 1.100 orang telah ditangkap dalam 24 jam belakangan ini atas tuduhan termasuk melakukan pengrusakan dan kepemilikan senjata serang, kata polisi. Sejak protes-protes mulai terjadi pada Juni, lebih 5.000 orang ditahan.

Pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengatakan dia berharap masalah yang terjadi dapat teratasi dan mengatakan kepada polisi untuk bertindak manusiawi.

Lam mengatakan hal itu setelah kepala kepolisian yang baru di kota yang diperintah China menyerukan dukungan dari semua warga agar mengakhiri demonstrasi yang sudah berlangsung selama beberapa bulan. Aksi tersebut dipicu oleh ketakutan akan tindakan pemerintah pusat China membatasi kebebasan dan otonomi khusus bekas koloni Inggris itu, termasuk peradilannya yang independen.

China mengatakan pihaknya berkomitmen kepada formula “satu negara, dua sistem”. Hong Kong kembali ke bawah kekuasaan China tahun 1997, dan menuding negara-negara asing menyulut peristiwa-peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin