Tim Gegana Brimob Polda Metro Jaya, mengamankan kotak kardus dicurigai berisi bom yang ditemukan di ruas Jalan Tentara Pelajar, depan Stasiun Palmerah, Jakarta, Selasa (15/5/). Benda yang dicurigai Bom ditemukan warga, langsung diamankan terkait kondisi Jakarta Siaga 1, menyusul kerusuhan narapidana terorisme di markas Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat dan serangkaian ledakan bom di Surabaya. AKTUAL/Tino Oktaviano

Timika, aktual.com – Aksi teror yang terjadi di sejumlah daerah yang menjadikan markas Kepolisian menjadi sasaran tidak hanya membuat aparat Polri bersiaga. Namun, TNI juga melakukan pengetatan penjagaan terkait aktifitas keluar masuk di Markas TNI .

Komandan Kodim 1710 Mimika Letkol Inf Windarto misalnya. Ia mengatakan penjagaan di setiap pintu masuk keluar markas satuan TNI dan objek-objek vital strategis lainnya di wilayah itu kini semakin diperketat guna mencegah aksi terorisme.

Belum lama ini, Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri menangkap dua orang warga Limau Asri-SP5 Timika yang diduga merupakan anggota jaringan Jamaah Anshar Daulah (JAD).

Cecep yang pernah menempuh pendidikan di SMK Negeri 1 Kuala Kencana Mimika dan pernah bekerja sebagai tenaga honorer di RSUD Mimika itu langsung dibawa ke Jakarta oleh aparat Densus 88 Mabes Polri untuk menjalani pemeriksaan terkait keterlibatannya dalam jaringan teroris yang kini paling diburu oleh Polri.

Dandim Mimika menegaskan hingga kini aparat kepolisian masih terus menyelidiki jaringan JAD di wilayah Timika dan sekitarnya.

“Kami mendapat informasi dari rekan-rekan kepolisian bahwa masih ada jaringan di Timika yang terus dikejar dan diselidiki. Mudah-mudahan ini bisa terungkap sampai tuntas,” sebut Windarto.

Menurut dia, keterlibatan TNI dalam mengungkap jaringan teroris di Timika sebatas memberikan laporan kepada kepolisian jika mengetahui ada hal-hal yang mencurigakan.

Namun demikian, Dandim Mimika sepakat bahwa pemberantasan terorisme harus dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh elemen masyarakat guna menghindari konflik horizontal antarkelompok masyarakat.

“Awal mula terorisme itu dari paham radikalisme yang berkembang di kalangan umat atau masyarakat. Ini yang harus kita cegah agar tidak terjadi benturan dengan kelompok masyarakat yang lain,” ujar Windarto.

Untuk diketahui, terduga kasus teroris di SP5 Timika, Cecep bersama adiknya bernama Putra ditangkap aparat Densus 88 Mabes Polri pada Sabtu (5/5).

Sebelum ditangkap aparat, yang bersangkutan diketahui sempat mengajak seorang warga SP5 Timika untuk ikut membantunya merakit bom atau bahan peledak.

“Sempat ada warga yang diajak oleh yang bersangkutan untuk merakit bom, tapi warga tersebut tidak berani,” kata Junaidi, seorang mubalig muda di kawasan SP5 Timika.

Cecep dilaporkan sempat menghilang selama beberapa bulan ke Jawa. Setelah kembali ke Timika, penampilan Cecep berubah drastis lantaran tidak lagi bersosialisasi dengan warga lainnya dan sehari-hari selalu memakai pakaian syar’i.

 

Ant

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang