Terlebih, gempa ini bukan yang pertama terjadi. Pada tahun 1927 misalnya, kota Palu pernah mengalami gempa serupa yang menyebabkan 14 orang meninggal. Kemudian pada tahun 1930, gempa menimbulkan tsunami dua meter dan tidak menyebabkan korban.
Selanjutnya 1996 di selat Makassar, menimbulkan tsunami dengan tinggi 3,4 meter. Lalu tahun tahun 2005 dan 2008 juga pernah terjadi.
Sementara, Sukmandaru Prihatmoko dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia menyebutkan, aktivitas sesar Palu Koro sangat kecil kemungkinannya untuk menimbulkan tsunami.
“Dengan aktivitasnya yang hanya saling menggeser, terutama ini terjadi di darat, seharusnya tsunami tidak terjadi. Bahkan dengan magnitudo gempa 7,4, kecil kemungkinannya untuk tsunami,” kata pria yang akrab disapa Daru tersebut.
Faktanya, gempa yang terjadi Jumat kemarin dipastikan menyebabkan tsunami dengan ketinggian 0,5 sampai 3 meter, dan menerjang pantai Talise di Kota Palu dan pantai Barat Donggala. Sampai saat ini, akibat gempa dan tsunami yang terjadi, komunikasi ke wilayah bersangkutan lumpuh.
Hal ini juga berdampak pada pendataan dan pelaporan terkait gempa tidak dapat dilakukan dengan cepat. Korban meninggal tercatat 384 jiwa. Namun ini hanya tercatat di kota Palu. Di Donggala, Sutopo mengakui belum mendapat datanya. Ia memperkirakan jumlah korban akan terus bertambah.
TNI Dikerahkan ke Lokasi Bencana